Penulis
Intisari-Online.com – Alkisah, seorang anak laki-laki mengalami kecelakaan kebakaran di sekolahnya dan dinyatakan bahwa ia tidak akan hidup.
Tapi anak pembetani itu tidak mau mati atau menjadi orang cacat. Yang membuat takjub dokternya, ia memang bertahan.
Namun sayang, dari pinggang ke bawah, ia tidak lagi memiliki kemampuan motorik. Kaki kurusnya hanya menggantung, tak bernyawa.
Akhirnya ia dipulangkan dari rumah sakit. Tapi tekadnya untuk berjalan benar-benar gigih. Di rumah, saat ia tidak di tempat tidur, ia hanya duduk di kursi roda.
Suatu hari, ia melemparkan dirinya dari kursi dan menarik dirinya melintasi rumput, menyeret kakinya ke belakang.
Ia sampai di pagar, mengangkat dirinya dan kemudian berpegangan. Ia mulai menyeret dirinya di sepanjang pagar, tekadnya untuk berjalan benar-benar tak tergoyahkan.
Ia melakukan ini setiap hari, dengan keyakinan pada dirinya sendiri bahwa ia berjalan tanpa bantuan.
Dengan ketekunan dan tekadnya yang teguh, ia mengembangkan kemampuan untuk berdiri, lalu berjalan dengan berpegangan, lalu berjalan sendiri, dan kemudian berlari.
Ia mulai berjalan ke sekolah, lalu lari ke sekolah, berlari mengejar kegembiraannya berlari. Belakangan di perguruan tinggi ia mengikuti lari lintasan.
Pada Februari 1934, di Madison Square Garden yang terkenald New York City, pemuda yang tidak diharapkan untuk bertahan hidup, yang pasti tidak akan pernah bisa berjalan, yang tidak pernah bisa berharap untuk berlari, pemuda yang tekun ini, Dr. Glenn Cunningham, berlari tercepat dalam lintasan lari.
Sebuah lambang kekuatan berpikir positif dan iman dalam diri seseorang, Glenn Cunningham terus menjadi ispirasi bagi banyak orang.
Kisahnya tentang bagaimana seseorang dapat bangkit kembali bahkan ketika banyak rintangan.
Bahkan sejauh itu hingga kematian sepertinya menjadi pilihan yang lebih baik.