Find Us On Social Media :

Alan Webb, Satu-satu Orang yang Selamat dari Kutukan Mati Senjata Sakti Suku Aborigin

By Moh Habib Asyhad, Selasa, 18 Juli 2017 | 20:20 WIB

Senjata sakti suku Aborigin

Intisari-Online.com – Kundela digunakan suku Aborigin untuk memulai upacara melawan musuh, dan menyerang siapa saja yang telah melanggar hukum adat mereka.

Di dalam tombak tersebut terdapat kekuatan yang mengagumkan.

(Baca juga: Analisis Menunjukkan Bahwa Orang Aborigin Telah Hidup di Tempat yang Sama Selama 50.000 Tahun)

Hanya seorang yang bertahan hidup setelah dikutuk mati tombak tersebut tanpa diberi obat penawar dari orang kulit putih.

Pria itu bemama Alan Webb, seorang keturunan asli Aborijin dari suku Arunta, yang telah membunuh rekannya ketika berkelahi memperebutkan sebuah senjata.

Di bulan April 1969, pengadilan membuktikan bahwa Webb telah diserang dan senapan itu  meletus tanpa disengaja.

Dia dinyatakan tidak bersalah dari tuduhan membunuh seseorang.

Di luar pengadilan, setelah keputusan dibacakan, Webb dihadang wakil suku adat.

Dia diberitahu bahwa keputusan pengadilan orang putih tidaklah relevan dan dia harus diadili di hadapan teman sebayanya di tengah suku Arunta.

Webb tahu dengan pasti apa keputusan suku Arunta tersebut. Dia telah membunuh anggota suku bangsanya sendiri dan karena itu, dia harus mati.

Dengan segera dia meninggalkan Alice Sprins dan dia dihukum mati secara in absentia oleh suku Arunta.

Saat itu, kurdaitcha, orang yang bertugas sebagai eksekutor, memiliki tugas yang lebih sulit daripada biasanya.

Pelarian itu mengendarai sebuah kereta dan tinggal di dalamnya bersama isteri, dua anak, dan tiga anjing.

Dia tidur dengan senapan di sampingnya, selalu bersiaga setiap kali terbangun oleh gonggongan anjing.

Pada tahun 1976, tanggal diperolehnya informasi terakhir, Alan Webb berhasil menghindari kurdaitcha selama tujuh tahun.

Dia mencari penghasilan dengan mengerjakan apa saja dan selalu berpindah tempat jika mendengar pasukan kematian sedang menuju ke arahnya.

Sungguh jarang orang bisa terus menghindari hukuman mati Aborijin selama waktu yang lama.

Namun Webb mengetahui - dan menyadari hingga sekarang - bahwa kurdaitcha tidak akan pernah berhenti mengejarnya.

(Baca juga: Gara-gara Terbangkan Drone di Momen Kurang Tepat, Laki-laki Australia Ini Terancam Hukuman Berat dari Pemerintah Kamboja)

Meski telah menghabiskan sebagian besar hidupnya di tengah masyarakat kulit putih, dia menyadari bahwa jika pemburunya berhasil mendekati dirinya untuk mengarahkan kundela, itu sama saja dengan vonis mati - terbunuh tanpa ada tanda-tanda cedera, tidak lebih dari pikiran yang terlontar ibarat sebuah tombak.

(Seperti pernah dimuat di Buku Ratapan Arwah; Kisah Nyata Kutukan & Tulah – Intisari)