Find Us On Social Media :

Percayalah Diskriminasi Bisa Dihilangkan Asal Kita Rela Mengganti “Saya, Kami, Mereka” Menjadi “Kita”

By Moh Habib Asyhad, Senin, 17 Juli 2017 | 18:15 WIB

Yakinlah diskriminasi bisa dihilangkan

Intisari-online.com – bicara soal rasialisme, seksisme, dan diskriminasi, memang mengandung dua hal: kabar baik dan kabar buruk.

Kabar buruknya, rasisme, seksisme, diskriminasi sepertinya tidak dapat dihilangkan sepenuhnya dari kehidupan ini.

(Baca juga: Mendapat Diskriminasi ketika Menyusui di Tempat Umum, Seratusan Ibu Gelar Aksi Menyusui Bersama di Pusat Perbelanjaan)

namun kabar baiknya, kita sebetulnya bisa menguranginya. Sikap membedakan orang lain berdasarkan agama, ras, suku, warna kulit, dsb., bisa kita hilangkan dari diri kita.

Psychologytoday.com menyebutkan bahwa secara psikologis dan kognitif, manusia memang cenderung sangat cepat menilai dan menggeneralisasikan sesuatu. Tujuannya untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada dirinya sendiri.

Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa manusia cenderung cepat memberikan penilaian, kesan, dan keputusan mengenai orang lain. dan sekali ia percaya kepada apa yang dipikirkannya itu, biasanya pemikirannya sulit untuk diubah.

Coba lihat diri kita saat ini, ketika kita memikirkan sebuah kelompok, golongan, atau orang lain, kita pasti sudah memiliki “pandangan” sendiri terhadap mereka.

Contohnya, apa yang pertama kali Anda pikirkan ketika mendengar kata: laki-laki, perempuan, kulit putih, kulit hitam, orang Batak, orang Papua, Islam, Kristen, Katolik, orang Jawa, dll.

Apa yang Anda pikirkan pertama kali ketika mendengar frasa “orang Batak”? sebagian orang mungkin akan membayangkan: suaranya, cara bicaranya, kebiasaannya, dll.

Kesan yang kita miliki berdasarkan pengalaman maupun cerita orang lain bisa mempengaruhi pikiran kita. Termasuk juga dalam preferensi politik, setiap orang lain punya pandangannya sendiri.

Intinya adalah pandangan-pandangan itu sering kali mempengaruhi kita ketika berhadapan dengan orang lain. sukurnya, agamanya, pendidikannya, warna kulitnya menjadi acuan kita untuk menilai.

Dan parahnya lagi, kita menyamaratakan semua orang dengan agama, suku, dan ras “itu”, semuanya pasti begitu.

Tentu hal ini sangat memprihatikan, karena pemikiran-pemikiran itu membuat kita meninggalkan sisi manusiawi orang lain.

Fakta yang paling menyedihkan adalah, jika kita terus membiarkan diri kita dengan stereotype dan prasangka sepertiitu, kemungkinan besar kita akan mudah terjangkit rasisme, seksisme, diskriminasi, dan kefanatikan yang buta nan berbahaya.

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mengurangi pemikiran dan sikap seperti itu? Caranya adalah dengan terbuka dan menerima kenyataan bahwa kita hidup dalam keberagaman.

Kita harus belajar membuka hati dan diri kita terhadap perbedaan yang memang menjadi bagian dalam dunia ini. jangan langsung menilai dan menghakimi berdasarkan stereotype ketika kita mengenal orang lain yang berbeda keyakinan, institusi, tempat, golongan, suku, budaya, dan agama dengan kita.

Cobalah untuk keluar dari pandangan kelompok kita sendiri dengan bergaul dengan lebih banyak orang. Semakin kita berpikir terbuka, semakin jauh kita dari diskriminasi dan kefanatikan yang berlebihan.

Ingatlah, dunia ini sangat kompleks. Carilah pengalaman dari banyak orang dari beragam latar belakang dan terlibatlah dengan lebih banyak orang yang berbeda dengan kita.

(Baca juga: Tindakan Negatif Rasisme Harus Ditanggapi Positif)

Dari situ, kita bisa belajar untuk meninggalkan asumsi pribadi yang tidak berdasar. Kita juga5 bisa belajar lebih menghargai dan berempati, bertindak berdasarkan hati nurani.

Ketimbang berpikiran bahwa di dunia ini hanya “saya vs dia” atau “kami vs mereka”, mengapa kita tidak belajar menciptakan “kita”.

Ah, alangkah indahnya jika kita bisa memandang dengan sesame manusia sebagai bagian dari “kita”, bukan “mereka”.

TIKA ANGGRENI PURBA