Penulis
Intisari-Online.com - Ketika pasukan Sekutu berhasil melaksanakan pendaratan di Normandia (Operation Overlord) dan kemudian mendesak pasukan Nazi Jerman ke tanah airnya sendiri, Hitler yang semula tak mempercayai keberhasilan pasukan Sekutu itu marah besar.
Setelah mempelajari peta peperangan, Hitler yang saat itu kebetulan sedang sakit segera mengumpulkan para panglimanya untuk melancarkan serangan balasan.
Dari pengamatan Hitler pasukan Nazi Jerman setelah terpukul dari Normandia dan kemudian mundur ke negaranya sendiri ternyata hanya mampu memberikan perlawanan sporadis dan bukan perlawanan serentak dalam skala besar.
Hitler yakin dengan kekuatan tempur yang masih dimiliki termasuk menarik mundur pasukan yang bertempur di front Rusia akan mampu memukul mundur pasukan Sekutu yang saat itu sudah mencapai Belgia.
(Baca juga: Tak Banyak yang Tahu Adolf Hitler Punya Adik Berkebutuhan Khusus)
Hitler juga menemukan sasaran empuk untuk memukul mundur pasukan Sekutu itu, yakni pertahanan yang membentang di hutan Ardennes Belgia sepanjang sekitar 70 km yang hanya dijaga oleh 4 divisi pasukan Sekutu.
Serangan balasan ke Ardennes yang bersifat mendadak, blitzkrieg, atau lebih dikenal sebagai Battle of Ardennes sebenarnya merupakan serbuan terbesar pasukan Nazi Jerman yang sangat beresiko sekaligus mematikan .
Sebagai serangan balasan pungkasan Ardennes Offensive seperti bermain judi.
Pasalnya setelah serangan itu kekuatan Nazi Jerman akan hancur lebur jika kalah atau babak belur meskipun berhasil memenangkan pertempuran.
Tapi Hitler yang memang jago strategi yakin Battle of Ardennes akan berakibat besar bagi kemajuan Sekutu dan untuk mencapai hal itu Nazi Jerman mengerahkan semua kekuatan pasukan yang ada termasuk pasukan cadangan.
(Baca juga: Saat Adolf Hitler Ditikung Orang Kepercayaannya dan Dikibuli Ramalan Bintang)
Kekuatan pasukan Nazi Jerman dalam Ardennes Offensive adalah Sixth SS Panzer Army yang baru dibentuk pada 26 Oktober 1944 dan dikomandani oleh Jenderal Sepp Dietrich.
Pasukan tank ini selanjutnya akan bergabung dengan pasukan tank Waffen- SS, yakni 1.SS Panzer Division Leibstandarte Adolf Hitler dan 12.SS Panzer Division Hitlerjugend.
Pasukan gabungan ini ditugaskan menyerbu sasaran di wilayah paling utara dan masih dekat dengan kota terluar Jerman, Monschau. Dari kota ini pasukan tank Waffen SS selanjutnya akan menguasi kota Antwerp.
Jika kota Antwerp berhasil dikuasai pasukan Sekutu yang terdesak tak memiliki pilihan lain kecuali mundur dari Perancis dan selanjutnya melarikan diri ke Inggris. Itu berarti peristiwa Dunkrik yang sangat vatal akan terulang lagi.
Selain mengerahkan sekitar 30 divisi pasukan tempur yang manuver penggelarannya menuju Ardennes sangat dirahasiakan, Nazi Jerman juga mengirim pasukan komando yang dipimpin oleh Letkol Otto Skorzeny.
(Baca juga: Jika Diperhatikan, Propaganda Korea Utara dan Kim Jong-un untuk Ciptakan Ketakutan Mirip yang Dilakukan Hitler)
Setelah semua persiapan dirampungkan dan pergerakan pasukan Nazi Jerman ke front Ardennes ternyata sama sekali tak diketahui oleh pihak Sekutu, gempuran blitzkrieg pun dilancarkan.
Nazi Jerman melancarkan Ardennes Offensive pada tanggal 16 Desember 1944 pukul 05.30.
Serangan besar-besaran itu dibuka dengan gempuran meriam artileri disusul serbuan tank dari Sixth SS Panzer Army.
Tiga jam kemudian semua kekuatan Nazi Jerman menyerbu serentak dan segera membuat empat divisi pasukan Sekutu yang bertahan ((US 99th, US 106th Golden Lion Division, US 2nd Infantry Division, US 28th Infantry Division) kocar-kacir.
Pasukan Nazi Jerman yang masih memiliki semangat tempur tinggi, khususnya pasukan panser Waffen SS dengan cepat menguasai sejumlah wilayah di Ardennes.
Pasukan Sekutu sebenarnya bisa menghambat kemajuan pasukan Jerman itu lewat serangan udara. Tapi karena cuaca masih buruk, pesawat-pesawat tempur Sekutu belum bisa diterbangkan.
Dalam sehari pertama pertempuran pasukan Nazi Jerman di semua front memperoleh kemajuan pesat.
Hingga tanggal 22 Desember posisi pasukan Jerman di medan tempur Belgia masih dalam poisi mengepung pasukan Sekutu.
Pasukan Jerman yang mengepung di daerah selatan bahkan sudah memerintahkan pasukan Sekutu yang bertahan di Bastogne menyerah.
Tapi ancaman untuk menyerahkan diri itu ditolak karena kekuatan pasukan Sekutu yang sudah berhasil dihimpun Jenderal Eisenhower saat itu justru sedang dipersiapkan untuk melancarkan serangan balik.
Kondisi pasukan Sekutu di Bastogne sebenarnya sangat kritis karena persediaan amunisi dan medis makin menipis.
Namun mereka masih tetap melancarkan tembakan artileri secara terbatas agar Jerman mengira kekuatan Sekutu di Bastogne masih mampu melawan.
Pasukan Sekutu sebenarnya sangat menunggu cuaca membaik karena cuaca cerah itu sangat dibutuhkan oleh pesawat-pesawat tempur untuk menghantam kekuatan pasukan Jerman.
Cuaca cerah yang ditunggu-tunggu oleh pasukan Sekutu akhirnya tiba. Langit cerah yang terjadi mulai tanggal 23 Desember itu segera dimanfaatkan oleh Sekutu secara maskimal.
Pesawat-pesawat tempur segera terbang untuk menghantam semua kekuatan Jerman di Ardennes sedangkan pesawat-pesawat transport menjatuhkan suplai logistik bagi pasukan Sekutu yang terkepung khususnya di kota Bastogne.
Semua pesawat yang diterbangkan oleh Sekutu tak menghadapi kendala karena kekuatan udara Nazi Jerman saat itu tinggal sedikit.
Dalam dua hari serangan udara Sekutu hasilnya sungguh luar biasa. Gerak maju pasukan Nazi Jerman terhenti termasuk pasukan panser Waffen SS Peiper yang puluhan tanknya hancur akibat tembakan roket pesawat tempur Sekutu.
Jenderal Manteuffel lalu memerintahkan seluruh pasukan Nazi Jerman yang berada di fornt Ardennes ditarik mundur hari itu juga.
Akibat pertempuran di Ardennes sekitar 20.000 prajurit Sekutu tewas dan lebih dari 800 tank hancur. Namun, Hitler mengalami kerugian lebih besar.
Ia tak punya lagi pasukan untuk melancarkan serangan besar. Dua divisi panser Waffen SS yang dikerahkan juga hancur dan menjadi bulan-bulanan pesawat tempur Sekutu.
Hitler bahkan kehilangan pasukan yang seharusnya menahan gempuran pasukan Rusia di Front Eropa Timur dan gagal menciptakan “Dunkrik kedua” bagi Sekutu.
Nazi Jerman akhirnya hancur setelah digempur habis-habisan oleh pasukan Rusia dan Sekutu.