Find Us On Social Media :

Nama Usman dan Harun Anggota TNI AL yang Gugur Dalam Operasi Dwikora Tenyata Merupakan Nama Samaran, Benarkah?

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 9 Juli 2017 | 11:00 WIB

Usman dan Harus

Intisari-Online.com - Ketika tengah terlibat dalam konfrontasi militer dengan Malaysia (1961-1966), selain melancarkan operasi penyusupan lewa perbatasan yang berada di darat, militer Indonesia juga melancarkan operasi rahasia lewat laut.

Tujuan operasi penyusupan yang dilakukan oleh Pasukan Katak (Kopaska) dan Marinir (KKO) itu berupa operasi intelijen, provokasi, dan sabotase.

(Baca juga: Bukan Hanya Teknologi yang Jadi Penentu Keberhasilan Peran Heli dalam Operasi SAR, Tapi juga Hal ‘Abstrak’ Ini)

Salah satu misi operasi sabotase yang berhasil adalah yang dilakukan oleh Sersan Dua KKO Djanatin, Kopral Satu KKO Tohir, dan rekan-rekannya yang bertugas sebagai operator perahu, Gani bin Aroep.

Untuk mengamankan jalannya operasi itu, mereka membuat nama samaran sesuai dengan nama warga setempat.

Djanatin memakai nama samaran Usman bin Haji Muhammad Ali dan Tohir memakai nama Harun bin Said.

Sasaran utama misi rahasia itu adalah melakukan sabotase di pusat kota Singapura dengan berbekal bahan peledak seberat 12,5 kg.

Target yang harus diledakkan adalah gedung McDonald House yang berada di pusat keramaian kota.

Karena ketatnya penjagaan di perairan Singapura, ketiga infiltran itu menyamar sebagai pemasok barang dagangan ke Malaysia dan Singapura.

Ketika sedang menyamar sebagai pedagang itulah mereka mempelajari sasaran yang harus diserang termasuk rute bagaimana harus melahirkan diri.

Setelah merasa yakin dengan semua rencana yang sudah dimatangkan ketiga infiltran itu pun siap melancarkan serangan sabotase.

Saat menjelang fajar menyingsing tanggal 9 Maret 1965 ketiga infiltran itu berhasil mendarat di pantai Singapura dan menyusup masuk ke pusat kota Singapura.