Penulis
Intisari-Online.com - Menumbuhkan jiwa sportif bukanlah hal yang gampang dilakukan; diperlukan kerelaan untuk mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Mengapa harus begitu?
Karena sportivitas akan terwujud apabila masing-masing individu berani untuk mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingannya sendiri.
Di samping itu, jiwa sportii akan menunjukkan tingkat kedewasaan mental seseorang.
Artinya, semakin dewasa seseorang, semakin mudah ia menumbuhkan jiwa sportif dalam dirinya.
(Baca juga: Seberapa Besar Kepedulian Sosial Anda? Ukur dengan Mengikuti Kuis Ini!)
Kuis yang disusun oleh E. Widijo Hari Murdoko. S.Psi, alumnus Fakultas Psikologi UGM ini bisa mengukur seberapa besar kadai sportivitas yang ada dalam din Anda.
1. Anda meminjam barang tetangga dan menghilangkannya. Bagaimana sikap Anda?
2. Salah seorang teman yang tidak Anda sukai memperoleh promosi jabatan. Bagaimana reaksi Anda?
Cara Penilaian:
Nilai masing-masing pilihan adalah sebagai berikut:
1. a = 3; b = 7; c = 5
2. a = 7; b = 5; c =3
3. a = 5; b = 3; c = 7
4. a = 3; b =7; c = 5
5. a = 7; b = 7; c = 5
6. a = 5; b = 7; c = 3
7. a = 3; b = 7; c = 5
8. a = 7; b = 5; c = 3
9. a = 5;. b = 3; c = 7
10. a = 3; b = 5; c = 7
11. a = 7; b = 3; c = 5
12.,a = 7; b = 5; c = 3
Setelah dijumlah, cocokkan dengan hasil interpretasi di bawah ini.
36-47
Ternyata tingkat sportivitas Anda masih jauh di bawah rata-rata. Artinya, Anda belum berani mengembangkan sifat ksatria dalam memandang suatu tindakan yang telah Anda lakukan.
Sebagai akibatnya, Anda cenderung merasa paling benar dalam bertindak.
Yang lebih berbahaya lagi, Anda cenderung menganggap orang lain bisa dipermainkan karena Anda merasa mempunyai kelebihan dibandingkan mereka.
Kondisi seperti ini tentu saja akan membuat Anda berada pada posisi yang kurang menguntungkan. Apa pasal?
Karena bagi orang lain, Anda akan dipandang sebagai pribadi yang angkuh, sombong, dan tidak bisa bertanggung jawab atas tindakan yang telah Anda lakukan.
Sebenarnya, hal itu bisa diatasi asalkan Anda berani untuk menanamkan sikap rendah hati dalam diri Anda.
Prinsip Anda menjadi: apa yang membuat Anda senang, bahagia, lakukan juga untuk orang lain; sebaliknya segala sesuatu yarig membuat Anda sakit hati, marah, kesal, jangan dilakukan terhadap orang lain.
Dengan demikian, dalam diri Anda akan muncul keinginan untuk selalu memberikan yang terbaik bagi orang lain.
Sekiranya ada sesuatu yang membuat orang lain merasa Anda sakiti, Anda tidak segan-segan untuk meminta maaf maupun berjanji tidak mengulangi kesalahan yang sama.
48-72
Jiwa sportivitas cenderung sudah Anda miliki, meskipun belum digunakan secara maksimal. Artinya, dalam menerapkan sportivitas itu cenderung tergantung situasi dan kondisi yang ada.
Dengan begitu, Anda cenderung ragu-ragu dan bertanya-tanya mengenai untung ruginya jiwa sportif tersebut.
Akibatnya, perilaku sportivitas Anda biasanya hanya bersifat temporer; sangat bergantung pada situasi dan kondisi di luar Anda.
Untuk memaksimalkan jiwa sportif, Anda perlu memperkuat faktor-faktor dari dalam diri sendiri supaya Anda memiliki prinsip dan tujuan yang jelas mengenai sportivitas yang Anda miliki.
Dengan begitu, jiwa sportif Anda tidak hanya di dalam angan-angan, namun betul-betul dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih dari itu, bagaimana Anda membudayakan jiwa sportif itu sebagai bagian dari hidup Anda.
73 - 84
Selamat! Anda cenderung mampu menggunakan sportivitas secara efektif. Ada beberapa faktor yang membuat Anda mampu berbuat demikian.
Anda memandang sesama sebagai mitra yang mempunyai hubungan kesejajaran. Dengan begitu, dalam segala hal Anda mampu memberikan perhargaan kepada orang lain, tanpa harus mempertimbangkan siapa orang itu.
Anda mempunyai kecenderungan untuk memandang peristiwa atau sesuatu tidak hanya dari sudut Anda sendiri, tetapi juga dari sudut yang lain. Terutama untuk memastikan apakah tindakan Anda itu sesuai dengan norma sosial atau moral, etika, hukum yang berlaku. Kalau sekiranya bertentangan, Anda pun cenderung tidak berkeberatan untuk memperbaikinya.
Anda mempunyai jiwa besar untuk melakukan introspeksi terhadap diri Anda sendiri, terutama untuk mengevaluasi apakah perkataan, sikap, dan perilaku Anda bertentangan dengan keinginan orang lain atau tidak.
Hal-hal tersebut di atas membuat Anda mampu menempatkan sportivitas sebagai pegangan dalam bertutur kata, bersikap, maupun berperilaku sehingga Anda oleh orang lain akan dipandang sebagai orang yang bisa menyesuaikan dengan setiap tuntutan yang ada.
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Februari 2002)