Masih Ingat dengan Perjanjian Linggarjati? Liburan Sambil Belajar Sejarah ke Museumnya, Yuk!

Ade Sulaeman

Penulis

Museum Linggarjati

Intisari-Online.com – Suatu hari di ruang keluarga, Siska dan Andi sedang bermain tebak-tebakan.

"24 km ke arah selatan dari Kota Cirebon ada apa hayo?" Siska memberi tebakan kepada Andi, adiknya, saat bermain tebak-tebakan memakai peta Jawa Barat.

"Ada rumah! Ini, nih, ada gambar rumahnya!" jawab Andi.

"Kok, rumah sin. Ini Museum Linggarjati, taukl" ujar Siska dengan nada agak kesal.

"Museum 'kan rumah juga!" ucap Andi tidak mau kalah.

(Baca juga: Museum Ini Minta Pengunjungnya Menggores Mobil Mewah Lamborghini, Maknanya Sangat Dalam)

"Sudah, sudah," ujar ibu mereka menengahi.

"Kita rayu ayah saja, besok kalau liburan ke Linggarjati," lanjutnya.

"Asyik ... kita piknik," ujar Andi dan Siska berbarengan. Ayah mereka tak bisa menolak.

Ya, Linggarjati memang bisa dijadikan tujuan wisata keluarga. Kita bisa menuju ke sana secara langsung, bisa pula transit dulu di Cirebon.

Dari Cirebon kita meluncur ke arah Kuningan. Jalan mulai menanjak setelah melewati bandara Cirebon.

(Baca juga: Mau Mengenal Pak Harto Dalam Waktu Satu Jam? Datanglah ke Museum Pak Harto di Bantul Yogya)

Sekitar 7 km dari Cirebon, di sisi kiri jalan terhampar padang golf Ciperna. Naik sedikit lagi ada bukit Gronggong.

Suasananya, kalau mau dibandingkan, "mirip" Puncak Pas-nya, Bogor, Jawa Barat.

Di tempat ini bisa dilihat Kota Cirebon dan atas bukit. Indah sekali kalau cuacanya lagi cerah.

Di sisi kiri-kanan jalan di sekitar bukit Gronggong banyak berjajar kios sederhana penjual jagung bakar.

Kurang lebih 17 km selepas bukit Gronggong sampailah kita di Linggarjati.

(Baca juga: Belajar Anatomi Langsung dari Museum Tubuh Bagong Adventure Malang, Anak-anak Juga Bisa Belajar Dunia Kedokteran)

Kota kecil ini mudah dicapai karena rambu penunjuk jalan sangat jelas.

Memasuki Desa Linggarjati jalan mulai naik-turun dan sedikit berkelok.

Di kiri-kanannya terdapat hamparan sawah. Hawanya sejuk, maklum kawasan ini berada di kaki Gunung Ciremai.

Tapi hawa sejuk itu jangan sampai membuat lengah, soalnya letak Museum Linggarjati lebih tinggi dari jalan raya.

Masuk gedung Museum Linggarjati tidak ditarik biaya tertentu.

Pengunjung dipersilakan memberi sumbangan sukarela yang dimasukkan ke kotak sumbangan yang tersedia setelah mengisi buku tamu.

Jam buka seperti hari kerja biasa. Tapi pada hari Senin museum tutup.

Walaupun statusnya sebagai museum, bagunanannya tidak kelihatan "angker". Kesannya malah seperti vila atau tempat peristirahatan.

Tamannya luas dengan latar belakang pemandangan berupa gunung. Di tempat inilah pada 1946 - 1947 berlangsung perundingan antara pemerintah Belanda dan Indonesia di bawah pengawasan Inggris dari Komisi Tiga Negara.

Perundingan itu menghasilkan Perjanjian Linggarjati.

Di dalam museum ditampilkan diorama jalannya perundingan antara Belanda dengan Indonesia yang dilengkapi foto-foto. Meja kursi dan ruang tidur para delegasi ditata seperti saat perundingan dulu.

"Kenapa berundingnya jauh-jauh di Linggarjati sih?" gumam Andi. "Kemungkinan di tahun 1940-an hawanya lebih dingin, pemandangan juga indah, cocok sekali buat berunding supaya kepala tetap dingin," jelas Siska enteng.

Sekitar 500 m dari Museum Linggarjati terdapat Taman Wisata Linggajati Indah.Taman seluas I I ha ini dilengkapi berbagai sarana rekreasi, antara lain kolam renang Balong Kagungan, situ alias danau, sumber mata air, dan kolam pemancingan.

Untuk bisa berekreasi ke taman ini pengunjung ditarik ongkos Rp3.000,- per orang. Sama seperti Museum Linggarjati, pada hari Senin, tempat wisata ini tidak buka.

Selain museum dan taman wisata. di Linggarjati juga terdapat hutan wisata dan bumi perkemahan.

Kalau ingin menginap, kita tak perlu khawatir. Di Linggarjati tersedia banyak penginapan berupa cottage dan vila. Rumah makan pun gampang ditemukan. (Bimo)

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 2007)

Artikel Terkait