Find Us On Social Media :

Hebat! Kelompok Mahasiswa Ini Temukan Pewarna Alami yang Dapat Pertahankan Kualitas Kain Ulos

By Ade Sulaeman, Rabu, 5 Juli 2017 | 09:00 WIB

Pewarna alami ulos

Mirisnya lagi, kini sebagian besar perajin ulos di kabupaten Samosir, Toba Samosir, dan Tapanuli Utara mulai beralih pada pewarna kimia tersebut. Alasannya, pewarna kimia jauh lebih praktis ketimbang pewarna alami.

Perlu diketahui, pewarna alami yang dimaksud adalah pewarna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti salaon, itom, kayu jabi-jabi, dan kayu sona.

St Sitompul (49), perajin ulos di Desa Sitompul, Kecamatan Siatas Barita, Tapanuli Utara, menuturkan pada Kompas.com, bahwa perajin kain tenun ulos khas Batak saat ini jarang menggunakan zat pewarna alami.

Selain alasan kepraktisan, saat ini semakin sulit mendapatkan benang dari hasil pewarnaan bahan alami itu.

Lalu, apakah ada jalan keluar agar kualitas kain ulos tetap terjaga dan lingkungan tidak tercemar gara-gara limbah pewarna kimia?

Kelompok mahasiwa Universitas Negeri Medan (UNIMED), Sumatera Utara yang terdiri dari empat orang mahasiswa tampaknya dapat menjawab kekhawatiran itu.

Melalui penelitian mereka, keempat mahasiswa yang terdiri dari Jelita Gultom, Midun Siagian, Ucok Jhon Tamba, dan Jecky Bukit memanfaatkan ekstrak tumbuhan salaon (Indigofera tinctoria) sebagai bahan pewarna alami benang.

Selama ini, perajin memanfaatkan daun salaon untuk mendapatkan warna biru indigo untuk mewarnai benang ulos, khususnya ulos sibolang.

Namun pewarnaan dengan cara alami itu hanya dapat digunakan dalam jangka pendek dan terbatas. Istilahnya digunakan sekali pakai saja lalu dibuang. Sehingga perajin memilih pewarna kimia yang penggunaannya lebih praktis.

Namun dengan penelitan tim mahasiswa UNIMED yang memperoleh pendanaan proposan dari Kementerian Riset dan Teknologi pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P) tahun 2017 ini, tampaknya angin segar baru dapat dirasakan para perajin yang ingin menggunakan pewarna alami pada kain ulosnya.

Sebab hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pewarna alami pun dapat dipakai dalam jangka waktu yang panjang.

Caranya adalah dengan pengeburan ekstrak daun salaon yang kemudian diendapkan. Sehingga hasilnya, ekstrak tadi tidak lagi dalam keadaan cair, namun berbentuk pasta yang padat.

Hasil penelitian mahasiswa yang di bawah bimbingan Dr. Murniaty Simorangkir, MS ini juga sudah diujicobakan pada benang untuk pembuatan ulos.

Dan hasilnya menakjubkan, pewarna alami yang digunakan menghasilkan warna yang jauh lebih baik dari pewarna kimia.

Kain ulos sibolang yang menggunakan untuk pewarna alami temuan mereka itu juga sudah diujikan ketahanannya terhadap luntur. Dan terbukti pewarna ini tahan luntur warna.

Setelah disosialisasikan, temuan pasta salaon ini disambut baik oleh masyarakat perajin kain ulos. Semoga ke depannya, penggunaan pewarna alami dapat dilakukan dengan lebih baik. Sehingga kualitas kain tetap terjaga dan lingkungan juga tidak terganggu.