Penulis
Intisari-Online.com – Seorang petanis yang terkenal, tertular HIV dari transfusi darah yang terkontaminasi yang ia terima saat menjalani operasi bypass jantung.
Ia adalah seorang pemain legendaris. Orang-orang dari seluruh dunia sangat sedih ketika mengetahui kabar tersebut. Ia menerima jutaan surat dan kartu ucapan simpati dari penggemarnya di seluruh dunia.
(Baca juga:Kisah Pedagang yang Tidak Pernah Menemukan Tuhan)
Salah satu suratnya berbunyi, “Sangat menyedihkan mengetahui penyakit Anda. Mengapa Tuhan membiarkan ini terjadi pada Anda?”
Pemain Tenis itu membalas sebuah jawaban untuk penggemarnya ini dengan mengatakan:
“Jutaan anak mulai bermain tenis. Ratusan ribu dari mereka belajar bermain tenis yang tepat. Puluhan ribu orang belajar tenis profesional. Ribuan dari mereka pergi ke turnamen tenis di seluruh dunia.Benarkah manusia sering melupakan Tuhan pada saat-saat bahagia?Sekitar lima ribu berhasil sampai ke Grand Slam dan sekitar 100 berhasil sampai ke Wimbledon.
Lakukan terus hingga ke semi final dan hanya dua orang yang sampai ke final dan hanya satu yang menang. Dan saya adalah satu dari jutaan orang di seluruh dunia.
Ketika saya memegang trofi Kejuaraan Wimbledon, saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan “mengapa saya?”. Jadi , saya pun tidak punya hak untuk bertanya kepada Tuhan, “mengapa saya?” selama masa-masa sulit saya.”
Kapan pun ia mencapai sesuatu dalam hidupnya, ia menghubungkannya dengan dirinya sendiri, kerja keras, dan dukungan dari keluarga dan teman-temannya, tapi lupa untuk bersyukur kepada Tuhan.
Tapi apa yang dilakukan orang yang sama saat ia mengalami malapetaka?
Orang yang sama yang selalu mendapatkan pujian setiap pencapaiannya, sekarang mulai menyalahkan Tuhan atas kemalangannya.
Tuhan terus mengingatkan kita tentang keberadaan-Nya dengan memberi kita cobaan dan kesengsaraan, karena kita cenderung melupakan Tuhan pada saat-saat indah dan hanya sadar akan Tuhan jika mengalami sengsara.
Hendaknya jangan pernah melupakan Tuhan di saat-saat indah kita. Dan jika melewati masa-masa sulit, mari bersyukur lebih banyak lagi.