Find Us On Social Media :

Mengapa Kita Bisa Percaya Begitu Saja Terhadap Berita ‘Hoax’ Seputar Kesehatan?

By Ade Sulaeman, Jumat, 30 Juni 2017 | 16:30 WIB

Ilustrasi

Kemudian, setelah membaca berita tersebut, seperti yang ditulis Kathleen Doheny pada artikel Emailed Health Warnings: Hoax or Fact pada webmd.com, seringkali ada reaksi spontan untuk menyebarkan/membaginya kepada orang lain.

Apalagi biasanya hoax kesehatan itu dibumbui dengan kesaksian pribadi seseorang, yang membangkitkan emosi saat dibaca.

Misalnya simpati, empati, rasa takut, bahkan juga kemarahan.

Pesan-pesan seperti “bagikanlah pada orang yang Anda cintai.”, “Jangan berhenti pada Anda, sebarkan agar orang lain juga mengalaminya.”, “Jangan tunda untuk membagi kebaikan.” “Informasi yang selama ini disembunyikan dokter dari kita.”, dsb.

Pesan ini merangsang emosi, sehingga orang cenderung bereaksi dengan cepat.

Kadang-kadang, keinginan untuk menyebarkan berita itu adalah niat yang tulus untuk membantu.  Sayangnya berita yang disebar adalah kebohongan. Mirisnya di situ.

Menurut Oscar, solusi utama untuk mengatasi informasi salah kaprah ini adalah dengan memperkuat ketahahan masyarakat.

Karena itu perlu dilakukan edukasi terus-menerus.

“Sejujurnya ini tidak mudah, mengingat informasi dan media penyebar informasi tersebut sangat jamak,” lanjutnya.

Karena itu, Kemenkes RI juga giat melakukan klarifikasi-klarifikasi terhadap berita bohong yang menghebohkan masyarakat banyak.