Find Us On Social Media :

Pengetahuan Tanpa Pengalaman Tidak Akan Ada Artinya, Jangan Sombong, Jangan Sombong!

By Moh Habib Asyhad, Kamis, 29 Juni 2017 | 20:40 WIB

Informasi Bukanlah Ilmu Pengetahuan

Intisari-Online.com – Alkisah, Pak Pendidikan, yang sangat terkenal dengan pengetahuan dan ucapan baiknya, pernah diminta untuk memberikan ceramah di daerah pedesaan.

Pak Pendidikan menemui gurunya, Pak Bijaksana, dan memberitahukan kepadanya bahwa ia akan mengunjungi desa ini untuk memberikan ceramah.

(Baca juga: Gus Mus: Biji Kacang Hijau Kok Petentang-Petenteng Sombong)

“Bagaimana kau akan pergi ke desa itu?” tanya Pak Bijaksana.

“Saya akan naik bus dan kemudian saya harus berjalan kaki selama 15 menit di sebuah ladang untuk mencapai desa, di mana beberapa orang sudah menunggu untuk membawa saya ke sebuah rumah.”

“Di ladang mungkin ada anjing penjaga yang menjaga kawanan domba sehingga mereka bisa saja menyerangmu,” kata Pak Bijaksana.

“Kalau begitu saya akan membawa batu untuk menakut-nakutinya.”                                                  

“Kau tidak bisa mengendalikan anjing itu dengan batu. Mungkin hanya satu anjing yang akan melarikan diri saat kau melempar batu, tapi sisanya akan menyerangmu.”

“Kalau begitu saya akan mengambil cabang kayu atau batang besar untuk menakut-nakuti mereka.”

“Jumlah mereka mungkin 4 – 5 ekor anjing dan akan sulit bagimu untuk mengendalikan mereka semua.”

Sekarang Pak Pendidikan mulai merenung untuk mencari solusi lain. Karena ini adalah pengalaman pertamanya, sehingga ia tidak tahu bagaimana solusinya. Namun, ia tidak ingin merasa malu di hadapan gurunya, sehingga ia terus berpikir sampai putus asa. Akhirnya, ia meminta Pak Bijaksana akan nasihatnya.

Pak Bijaksana menjawab, “Tanpa mengganggu anjing, pergilah pada gembala dan mintalah padanya agar kau bisa menyeberangi ladang dan minta jaminannya agar engkau lepas dari bahaya anjing penjaganya.”

Pada sebagian besar masalah kita, orang berpendidikan, mulai membuat asumsi dan logika kita sendiri untuk menemukan solusinya.

Terkadang kita menemukan solusi yang baik, namun ternyata ada solusi yang lebih baik lagi untuk masalah yang sama. Hanya saja kita tidak menyadarinya karena kurang pengetahuan atau pengalaman.

Kita juga tidak menganggap akar permasalahan sebenarnya, atau kita juga mempertimbangkan untuk meminta saran dari orang-orang yang berpengalaman.

(Baca juga: Beri Pengetahuan Dasar Keuangan untuk Anak)

Jadi, secara garis besar adalah:

  1. Mengajukan pertanyaan atau menerima saran bukanlah hal yang buruk sama seperti selama kita bertanya kepada orang bijak atau orang yang tidak berbahaya.
  2. Untuk keputusan yang memiliki dampak besar bagi kehidupan, sebaiknya meminta nasihat dari banyak orang. Ini akan meningkatkan wawasan kita dan memberikan kita sudut pandang situasi yang lebih luas dan memberi kita banyak pandangan untuk mempertimbangkan banyak pilihan demi keputusan yang lebih baik.
  3. Mengembangkan keterampilan analitik sangat membantu. Kita dapat memecahkan masalah besar menjadi masalah yang lebih kecil  dan kemudian mengatasinya satu per satu.
  4. Terkadang bijaksana berperilaku seperti Pak Bijaksana yang memberikan saran kepada seseorang jika orang itu merasa lebih baik. Ia tidak memaksakan komentarnya secara mendadak, tetapi mengikuti pendekatan yang lamban untuk memahami pandangan Pak Pendidikan dan kemudian membagikan pengetahuan dan pengalamannya.
  5. Memperoleh pengetahuan sama baiknya. Tapi tanpa pengalaman, pengetahuan mungkin tidak membantu. Pendekatan yang bijak adalah mempelajari sesuatu (pengetahuan) dan kemudian menganalisa dari berbagai sudut agar bisa memiliki wawasan tentang sesuatu itu (bijaksana).