Find Us On Social Media :

Anak Mudah Cemas dan Khawatir? Berikut Cara Mengatasi Kebiasaan Itu

By Moh Habib Asyhad, Kamis, 29 Juni 2017 | 19:30 WIB

Anak mudah cemas dan khawatir

Intisari-online.com - Anak-anak yang mudah khawatir dan takut biasanya memiliki imajinasi tinggi dalam pikirannya.

Ia membayangkan peristiwa-peristiwa yang mungkin saja terjadi dalam kepalanya.

(Baca juga: Tidak Semua Orang Tertarik Dengan Hidup Kita, Makanya Jangan Terlalu Khawatir Dengan Penilaian Orang Lain)

Sayangnya khayalan dan bayangan-bayangan itu termasuk juga dalam hal yang buruk.

Jika bayangan itu terus berulang dalam pikirannya, akhirnya ia menjadi takut dan membayangkan hal-hal buruk lainnya.

Psychologytoday.com menyatakan bahwa bayangan yang diciptakannya sendiri itu membuat mereka ketakutan. Mereka berusaha untuk tidak memikirkannya, tapi malah semakin membuat bayangan-bayangan lain muncul.

Ia akan terus berpikir, “Bagaimana kalau…” atau “Bagaimana jika? Dan orangtua biasanya mengatasinya dengan mengatakan “Jangan khawatir, itu tidak akan terjadi.”

Kadang-kadang hal itu akan membantunya. Namun kadang-kadang itu tidak membuatnya berhenti untuk takut. Ia akan terus memikirkan kemungkinan terburuk.

Karena itu salah satu cara terbaik untuk mengatasi rasa takutnya adalah dengan menggunakan bayangan dan imajinasinya juga.

Ketimbang menyuruhnya jangan khawatir, lebih baik mengajaknya untuk membayangkan hal baik yang mungkin saja terjadi.

Misalnya anak khawatir karena potongan rambut barunya. “Bagaimana kalau teman-teman mengejek potongan rambutku? katanya cemas membayangkan reaksi teman-temannya di sekolah.

Cobalah balik bertanya padanya: “Bagaimana kalau mereka ternyata tidak peduli dengan mode rambutmu?”, “Bagaimana kalau ternyata mereka hanya akan berkata kamu memiliki rambut baru?", “Bagaimana kalau ternyata mereka memuji potongan rambutmu?”, dan lain sebagainya.

Biasanya setelah mendengar pertanyaan balik itu, anak cenderung terkejut dan menunjukkan ekspresi bingung. Karena mereka belum memikirkan kemungkinan lain kecuali kemungkinan buruk akan diledek oleh teman-temannya.

(Baca juga: Meski Terlihat Lucu, Film Kartun bisa Timbulkan Dampak Buruk pada Perkembangan Anak)

Kuncinya adalah ajak anak untuk membayangkan hal realistis yang mungkin terjadi. Dorong ia untuk membayangkan kemungkinan yang bertolak belakang dengan bayangan buruk yang sudah dipikirkannya.

Jadi, ketika ia terus khawatir dan bertanya, “Bagaimana jika…” cobalah balik berkata padanya, “Bagaimana jika tidak…”