Penulis
Intisari-Online.com – Saat berdoa, hendaknya kita menggunakan lima jari kita.
Kelima jari kita menunjukkan siapa yang harus kita doakan, inilah dia.
Ibu jari (orang yang dekat dengan kita)
Ibu jari kita terdekat dengan kita. Jadi mulailah kita berdoa untuk orang-orang yang paling dekat dengan kita.
Mereka yang paling mudah diingat. Untuk berdoa bagi orang yang kita cintai.
Seperti yang pernah dikatakan oleh C. Lewis, sebuah “tugas yang manis”.
Jari telunjuk (orang yang memberi petunjuk)
Jari berikutnya adalah jari penunjuk. Hendaknya kita berdoa bagi mereka yang mengajar, menginstruksikan, dan menyembuhkan.
Ini termasuk guru, dokter, dan pemimpin agama. Mereka membutuhkan dukungan dan kebijaksanaan dalam mengarahkan orang lain ke jalan yang benar.
Simpanlah mereka dalam doa-doa kita.
Jari tengah (orang yang berwenang)
Jari berikutnya adalah jari yang tertinggi. Ini mengingatkan kita pada para pemimpin kita.
Hendaknya kita berdoa untuk presiden, pemimpin perusahaan, dan para pengurusnya.
Mereka membentuk bangsa kita dan membimbing opini publik.
Mereka membutuhkan tuntunan Tuhan.
Jari manis (orang yang lemah)
Jari keempat adalah jari manis kita.
Yang mengherankan bagi banyak orang adalah kenyataan bahwa jari ini adalah jari terlemah kita.
Ini mengingatkan kita untuk berdoa bagi orang-orang yang lemah, dalam masalah, atau kesakitan.
Mereka membutuhkan doa kita siang dan malam.
Jari kelingking (kebutuhan kita sendiri)
Dan terakhir adalah jari kelingking, jari terkecil dari antara semua.
Kita harus menempatkan diri kita dalam hubungan dengan Tuhan dan orang lain.
Kelingking mengingatkan kita untuk berdoa bagi diri sendiri.
Pada saat kita berdoa untuk empat kelompok lainnya, kebutuhan kita sendiri akan masuk ke dalam porsi dan perspektif yang benar sehingga kita akan bisa berdoa untuk diri sendiri dengan lebih efektif.
Mari kita gunakan rutinitas hidup sehari-hari kita untuk memperkuat kehidupan doa kita.