Intisari-Online.com-Lebaran identik dengan ketupat.
Dipadu dengan opor ayam atau sayur pepaya muda, hidangan ini menjadi menu khas Lebaran di beberapa tempat.
Mengapa ketupat? Jawaban dari pertanyaan itu salah satunya dari lini masa denganhashtag#Ketupat.
Menurut Sunan Bonang, ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan singkatan darilakusing papat.
Bahasa Jawa sering memberi makna sebuah benda dari pemanjangan kata benda itu.
(Baca juga: Cerminan Hati Suci dari Balik Ketupat)
Misalnya piring yang artinyasepi yen miring, alias diam jika miring atau sedang tidak digunakan.
Ya, piring baru "berbunyi" saat telentang karena aktivitas sendok dan garpu di atasnya.
Laku sing papatbisa dijabarkan sebagai empat keadaan yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada orang yang berpuasa dengan keikhlasan dan kesungguhan.
Empat keadaan itu adalah lebar, lebur, luber, dan labur.
Lebarberarti telah menyelesaikan puasanya dengan melegakan.
(Baca juga: Ingin Naik Gaji Setelah Lebaran? Ini Dia 7 Kesalahan Umum Saat Proses Negosiasi Gaji)
Leburberarti terhapus semua dosa yang dilakukan di masa lalu.
Luberberarti melimpah ruah pahala amal-amalnya.
Laburberarti bersih dirinya dan cerah-bercahaya wajah dan hatinya.
Makna darilaku papattadi masih dipertajam dengan janur yang menjadi bungkus dari kupat.
Janur mempunyai makna atau simbol sebagaisejatinungnur. Cahaya yang sejati.
Jadi, semua anugerah bisa menjadilabur, bercahaya wajah dan hatinya, karena mendapat limpahan cahaya yang sejati dari Tuhan.
Selamat Lebaran, selamat menikmati ketupat!
(Agus Surono)