Find Us On Social Media :

Punya Banyak Pesawat ‘Nganggur’, Militer AS ‘Terpaksa’ Mengubahnya Menjadi ‘Drone’

By Ade Sulaeman, Jumat, 16 Juni 2017 | 16:00 WIB

Angkatan Udara AS

Intisari-Online.com - Angkatan Udara AS (USAF) dan Marinir AS (USMC) sering mengalami surplus dalam produksi pesawat tempurnya demi memenuhi kebutuhan perang khususnya setelah mengalami pertempuran yang panjang.

Ketika Perang Vietnam (1955-1975) meletus salah satu pesawat yang dioperasikan USAF dalam jumlah besar adalah F-4 Phantom.

Sebagai jet tempur andalan AS di medan laga Phantom mampu mengimbangi jet-jet tempur AU Vietnam Utara produksi Uni Soviet seperti MiG-17 dan MiG-21.

(Baca juga: Jadi Pangkalan Militer AS Terbesar di Timur-Tengah, Kenapa Qatar Justru Dituduh Dukung Teroris?)

Usai Perang Vietnam ratusan Phantom masih dioperasikan dalam berbagai peperangan oleh sejumlah negara mulai dari Perang Arab-Israel (1973), Perang Irak-Iran, dan Perak Teluk (1991).

Angkatan Udara Jerman bahkan tercatat pernah meng-up grade F-4 F Phantom pada tahun 2013.

Militer AS sendiri masih mengoperasikan Phantom yang dikenal sangat tangguh dan merupakan jawara di Perang Vietnam ini hingga tahun 1996.

Tapi sebagai jet tempur legendaris yang telah mengabdi di berbagai negara hingga lebih dari 60 tahun, usai pensiun Phantom tetap melaksanakan pengabdian di AS.

Pengabdian itu bukan berupa misi tempur melainkan sebagai korban dari jet-jet tempur produksi terbaru AS mengingat Phantom ternyata dimanfaatkan sebagai drone untuk sasaran tembakan rudal.

(Baca juga: Kristania Virginia Besouw, Mantan Miss Indonesia yang Jadi Anggota Militer AS karena Kangen Kampung Halaman)

Selayaknya drone, Phantom yang terbang tanpa pilot telah dimodifikasi oleh BAE System sehingga bisa diterbangkan menggunakan remote control seperti seseorang yang sedang menerbangkan pesawat Radio Control (RC).

Sebagai drone untuk latihan menembakan rudal dari jet tempur ‘’lawannya’’, Phatom dinamai QF-4.