Masih Berpikir Bersenang-senang adalah 'Dosa Besar' karena Habiskan Uang? Simak Penjelasan Ini!

Ade Sulaeman

Penulis

Mereka yang sudah menikah memiliki kadar stres yang lebih rendah sehingga terhindar dari risiko penyakit kronis

Intisari-Online.com – Menurut Sol Gordon, Ph.D. dan Harold Brecher dalam Life is Uncertain …, Eat Dessert First! (1990), tiap orang memang mempunyai kemampuan untuk bergembira yang berbeda-beda.

Padahal, kegembiraan itu adalah langkah awal menuju kebahagiaan. Kalau kebahagian lebih menyangkut keadaan menyenangkan dalam jangka waktu lama, kegembiraan lain cerita.

Kegembiraan dikatikan dengan rasa yang singkat. Kalau saat ini kita bergembira, lima menit lagi bisa saja tidak.

(Baca juga: Antara Rumah Mewah, Istri Cantik, dan Pekerjaan yang Mapan, Dimanakah Letak Kebahagiaan?)

Walaupun di dalam hidup, kita terus-menerus beralih-alih dari gembira ke susah atau sebaliknya, bila kegembiraan lebih sering terjadi daripada kesusahan atau yang semacamnya, kita boleh mengatakan bahwa hidup kita “bahagia”.

Jadi, kegembiraan dapat mengantarkan kita pada kebahagian. Bahkan, kegembiraan merupakan langkah pertama menuju kebahagiaan.

Hanya saja, jangan dikira kegembiraan itu gampang didapat. Bagi banyak orang, jauh lebih mudah menjadi kaya daripada gembira. Enggak peraya?

Lihat saja kisah yang satu ini. Sebut saja Namanya Ibu Irit. Sekilas dirinya nampak hidup pas-pasan. Pakaiannya sudah tua dan kuno.

(Baca juga: Bahagia Itu Ketika Menemukan Kembali Milik Kita yang Hilang)

Kalau berpergian selalu menggunakan transportasi murah, malah kalau bisa gratis (nebeng). Jangankan berpiknik, berbelanja ke toko saja ia jarang.

Namun, orang yang dekat dengan dirinya tahu betul bahwa ia menyimpan berkilo-kilo emas di dalam lemarinya. Wow!

Selain di saat menatap koleksi emasnya, Ibu Irit boleh dikata jarang merasa gembira.

Bersenang-senang baginya suatu “dosa” karena menghabiskan uang untuk sesuatu uang yang “tidak berguna”.

Nah, kalau gambaran di atas itu terlalu ekstrem, tidakkah Anda merasa cukup sering bertemu dengan tokoh-tokoh semacam itu di dalam kehidupan Anda?

Umumnya, orang beranggapan faktor luarlah yang membuatnya tak dapat bergembira. Mereka menyalahkan pendidikan orang tua atau nasib jelek.

Padahal sebernarnya, seberapa jauh kita bisa bergembira amat ditentukan oleh sifat bawaan. Maksudnya?

Singkat kata, setiap orang mempunyai kemampuan dasar yang berbeda-beda untuk bergembira.

Ada orang yang pada dasarnya lebih periang dan tahan terhadap stres daripada yang lain.

Ada yang tetap bisa bergembira meskipun menghadapi cobaan-cobaan berat dalam hidupnya.

Namun, ada pula yang cemberut, uring-uringan, dan murung hanya karena masalah sepele.

Yang perlu diingat, kalau kadang-kadang kita jengkel atau murung oleh suatu sebab, itu biasa.

Yang jadi masalah, kalau kemurungan kita itu berlarut-larut, lain lagi soalnya. Kebiasaan seperti ini menghasilkan kemurungan kronis!

Artikel Terkait