Find Us On Social Media :

Masih Berpikir Bersenang-senang adalah 'Dosa Besar' karena Habiskan Uang? Simak Penjelasan Ini!

By Ade Sulaeman, Kamis, 15 Juni 2017 | 13:30 WIB

Mereka yang sudah menikah memiliki kadar stres yang lebih rendah sehingga terhindar dari risiko penyakit kronis

Intisari-Online.com – Menurut Sol Gordon, Ph.D. dan Harold Brecher dalam Life is Uncertain …, Eat Dessert First! (1990), tiap orang memang mempunyai kemampuan untuk bergembira yang berbeda-beda.

Padahal, kegembiraan itu adalah langkah awal menuju kebahagiaan. Kalau kebahagian lebih menyangkut keadaan menyenangkan dalam jangka waktu lama, kegembiraan lain cerita.

Kegembiraan dikatikan dengan rasa yang singkat. Kalau saat ini kita bergembira, lima menit lagi bisa saja tidak.

(Baca juga: Antara Rumah Mewah, Istri Cantik, dan Pekerjaan yang Mapan, Dimanakah Letak Kebahagiaan?)

Walaupun di dalam hidup, kita terus-menerus beralih-alih dari gembira ke susah atau sebaliknya, bila kegembiraan lebih sering terjadi daripada kesusahan atau yang semacamnya, kita boleh mengatakan bahwa hidup kita “bahagia”.

Jadi, kegembiraan dapat mengantarkan kita pada kebahagian. Bahkan, kegembiraan merupakan langkah pertama menuju kebahagiaan.

Hanya saja, jangan dikira kegembiraan itu gampang didapat. Bagi banyak orang, jauh lebih mudah menjadi kaya daripada gembira. Enggak peraya?

Lihat saja kisah yang satu ini. Sebut saja Namanya Ibu Irit. Sekilas dirinya nampak hidup pas-pasan. Pakaiannya sudah tua dan kuno.

(Baca juga: Bahagia Itu Ketika Menemukan Kembali Milik Kita yang Hilang)

Kalau berpergian selalu menggunakan transportasi murah, malah kalau bisa gratis (nebeng). Jangankan berpiknik, berbelanja ke toko saja ia jarang.

Namun, orang yang dekat dengan dirinya tahu betul bahwa ia menyimpan berkilo-kilo emas di dalam lemarinya. Wow! 

Selain di saat menatap koleksi emasnya, Ibu Irit boleh dikata jarang merasa gembira.