Penulis
Intisari-online.com—Apakah ada orang-orang yang kita nantikan permintaan maafnya karena kesalahannya kepada kita?
Jika ada, tak perlulah repot-repot lagi menunggu. Lebih baik segera memaafkan orang itu.
Mungkin kita sudah banyak mendengar bahwa memaafkan itu menenangkan jiwa, membebaskan kita dari belenggu benci, dan manfaat lainnya.
Namun, saat ini mari kita memandang dari segi pelaku yang bersalah pada kita melalui cerita berikut ini.
(Baca juga: Saatnya Memaafkan, Sekaligus Melupakan, Bukan Malah Gontok-gontokan)
Beberapa dekade lalu, di San Fransisco, seorang ayah melakukan hubungan seksual dengan empat puterinya. Saat dilakukan tes psikologis, ayah itu berkata ia tidak menyesal dan merasa bersalah dengan perilakunya. Ia beralasan bahwa lebih baik dirinya yang bersetubuh dengan anak-anaknya, ketimbang orang lain memanfaatkan puterinya itu.
Bagaimana tanggapan Anda mendengar cerita ini? Kebanyakan orang pasti tidak habis pikir dan marah. Bagaimana pun alasannya, perbuatan sang ayah itu adalah sebuah pelanggaran.
Psychologytoday.com menuliskan, bahwa semakin besar/buruk/memalukan pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang, semakin sulit ia untuk berempati dengan pihak yang dirugikan. Semakin juga ia tidak menyesali perbuatannya.
Mereka cenderung menipu dirinya sendiri dengan berkata, “Itu bukan salah saya.”, “Saya hanya tidak dapat menahan diri.”, “Ah itu bukan masalah besar.”. Perkataan tersebut dijadikan cara untuk melindungi diri sendiri dari rasa bersalah.
Akibatnya ia akan balik menyalahkan si korban. Inilah yang disebut dengan pembenaran diri.
(Baca juga: Memaafkan Ibarat Memaku, Ia Mendorongmu Berkembang Jauh Melebihi Ukuranmu)
Dari penjelasan di atas kita bisa memahami betapa besarnya kemampuan manusia untuk menipu dirinya sendiri. Sehingga sulit baginya untuk mengakui kesalahan. Akan selalu ada pembenaran dan pembelaan diri untuk mengatasi rasa malu atau rasa bersalah terhadap orang lain.
Nah penjelasan ini berguna bagi kita yang sedang menunggu permintaan maaf dari orang lain. Kita mungkin menginginkan agar orang lain mengakui kesalahannya.
Namun sebaliknya kita malah menerima pengkhianatan dan pengabaian. Sebaiknya berhentilah menunggu permintaan maaf itu. Mengapa tidak berjuang untuk memaafkan demi kebaikan kita sendiri?
Tak perlu menunggu permintaan maaf dari orang yang selalu menyangkal dan membela dirinya sendiri.
Jalani hidup kita, pandanglah masa depan, dan lepaskanlah pengampunan. Niscaya hidup kita lebih lega dan leluasa. Selamat memaafkan.