Find Us On Social Media :

Kasus Pembunuhan Pelukis Basuki Abdullah Ternyata Terungkap Berkat Seekor Anjing

By Intisari Online, Rabu, 24 Oktober 2018 | 11:30 WIB

Sejak datang ke rumah Basuki petang harinya, Leo yang baru berusia dua tahun diperintah melacak berbagai jejak.

Popor senapan, darah dan beberapa benda lain.

Baca Juga : Seminggu Berlalu, Misteri Hilangnya Seorang Gadis dan Pembunuhan Orangtuanya Belum Bisa Dipecahkan

Leo berulang kali mengulang. Dari jejak-jejak itu, Leo hanya berjalan ke satu arah dan selalu berhenti di ruang istirahat pembantu.

Rupanya dia mencium bau WHY. Di hari-hari menjelang aksinya, WHY memang tinggal di tempat yang sama dengan AMD.

Makanya walau AMD yang datang mencuri dan membunuh, bau WHY tetap tercium oleh Leo.

Ini pula yang memberi arah untuk penyelidikan polisi. Makanya begitu ada preman meracau di Kalijodo bahwa AMD dan WHY bersekongkol, polisi sadar Leo bekerja di hari kematian Basuki Abdullah.

Apabila Leo tak memberikan isyarat itu, polisi bisa saja mencueki racauan preman mabuk itu.

Muhyi tak pernah melupakan Leo. Bahkan dia sedih waktu mendengar kabar Leo mati.

Leo mati tahun 2004, ketika Muhyi sedang pendidikan Sekolah Lanjutan Perwira (SELAPA) di Sukabumi, Jawa Barat. Usianya 13 tahun saat mati.

"Saya memang paling senang di unit Satwa," ucap Muhyi.

Baca Juga : Tato di Tubuh Pria Dayak yang Penuh dengan Filosofi Keberanian

Muhyi menghabiskan masa Bintara selama 16 tahun di Unit itu. Dia lulus Bintara tahun 1988, angkatan IX Lido.

Baru keluar dari Unit Satwa saat ikut pendidikan SELAPA tahun 2004.

Setelah itu Muhyi sempat dinas di Banten. Dia pernah menjabat Kanit Laka Polres Tangerang.

Kemudian tahun 2007 kembali ke Jakarta, lalu pindah ke Polres Depok dan diberi jabatan Kanit Patrol, lalu Kanit Reserse.

Tahun 2010 Muhyi kembali ke Unit Satwa. Dia mendapat jabatan Kanit Satwa. (WartaKota)