Sule Diisukan Dekat dengan Sinden Cantik: Jadi Pesinden Itu Tak Mudah, Harus Cantik bahkan Ganti Nama

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Sule dikabarkan dengan dengan seorang pesinden cantik bernama Rita Tila. Padahal ia baru saja bercerai dari istrinya, Lina.

Intisari-Online.com – Nama komedian, Sule, menjadi perbincangan hangat setelah ia diduga tengah dekat dengan sinden cantik, Rita Tila.

Dilansir dari tribunnews.com pada Sabtu (20/10/2018), hubungan kedekatan keduanya langsung menyita perhatian sebab Sule baru saja bercerai dari istrinya, Lina.

Rita Tila memang terlihat beberapa kali mengunggah foto kebersamaannya denganSuledi akun Instagramnya, @rita_tila.

Soal pesinden, mungkin tidak banyak orang yang mengetahuinya.

Baca Juga : Pembeli Senjata Terbesar, Salah Satu Alasan Trump Enggan Beri Sanksi kepada Arab Saudi Terkait Jamal Khashoggi

Inilah beberapa penjelasan soal pesinden dalam artikel berjudul “Harus Ayum Kenes, dan Ganti Nama” di tabloid Nova edisi No. 48/1 yang terbit pada 22 Januari 1989 berikut ini.

Modal utama seorang pesinden adalah suaranya, sedangkan ledhek adalah keluwesan tarinya.

Namun ada satu faktor lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu wajahnya harus ayu.

"Buat saya, unsur wajah justru nomor satu pentingnya," ujar Mujiono suami pesinden Sulani, sinden kondang yang wajahnya juga cantik.

"Lho, pesinden itu kan, petetan (kembang) di atas panggung," tegasnya seperti mencari pembenaran.

Dan rupanya pendapat Mujiono ini dibenarkan oleh dalang, Nyi Suharni.

"Penampilan pesinden turut menentukan laku tidaknya sang dalang. Saya sendiri kalau manggung, pilih pesinden yang mudamuda, yang cantik," ujar Suharni.

"Lha penonton, apalagi yang muda, kalau lagi bosan lihat wayangnya, kan otomatis akan mempejhatikan sindennya."

Baca Juga : 4 Tahun Jadi Presiden: Ternyata Ini Alasan Jokowi Sering Bagi-bagi Sepeda

Lalu sambil tergelak, ia menambahkan, "Kalau dalangnya tuek (tua, red), mainnya jelek, niyogonya tuek, begitu juga pesindennya, penonton ya ngantuk. He… he... he...".

Bahkan, tambah Suharni, seorang pesinden tidak saja harus ayu, ia juga harus ramah dan kenes.

"Biar penonton suka," jelasnya lagi.

Ditambahkannya, sikap seperti ini baru bisa diperlihatkan pesinden kalau ia sudah benar-benar tenar, sudah sering diundang ke sana-sini. "Kayak Bu Condrolukito itu, lho."

Tapi, lanjutnya, "Bu Condro kan tinggalnya di kota. Kalau di Sragen sini, sinden seperti itu, apalagi yang belum terkenal, kurang disukai," katanya serius.

Selain penampilan, nama pesinden juga penting.

Konon nama pesinden mesti enak didengar. Kalau kebetulan yang bersangkutan memiliki nama dengan akhiran "nem" atau "yem", mau tak mau harus diganti.

Sebabnya?

"Soalnya kedengarannya kampungan," jawab Didiek Teha, Penilik Kebudayaan Kecamatan Gondang.

Maka tak heran, jika setelah menekuni profesi sinden dan ledhek, banyak yang namanya berubah.

Suminem, misalnya. Pesinden dari desa Tunggul ini berubah namanya menjadi Purwanti. Demikian juga Sunyahni, juga dari desa Tunggul, di depan namanya ditambahkan kata Menik.

Alasannya? Ya itu tadi, supaya lebih keren.

Soal ganti nama juga berlaku di kalangan ledhek. Seorang ledhek di desa Dawung, kebetulan namanya juga Suminem. Kini dikenal dengan nama Sumiati.

"Banyak sinden yang namanya diganti oleh dalang yang mengorbitkannya.”

“Soalnya dalang, apalagi yang top, malu kalau membawa sinden yang namanya kampungan," ujar Sugiarti, pesinden dari Desa Tunggul.

Baca Juga : Dulu Jadi Pakan Ayam dan Babi, Kini Makanan Berlendir ini Harganya Rp17 Juta per Kilo

Purwanti dan Menik Sunyahni adalah nama yang diberikan oleh Nyi Suharni, dalang wanita yang mengorbitkan mereka.

Sulitnya, kadang nama popular mereka sering tak dikenal di kampung sendiri. NOVA sendiri mengalami kesulitan ketika mencari rumah Menik.

"Tidak ada pesinden yang namanya Menik di sini," ujar seorang penduduk Tunggul.

Tapi ketika disebut nama panjangnya, Menik Sunyahni, penduduk itu langsung tanggap. "Sunyah toh. Itu rumahnya.”

Tapi yang apes adalah Sugiarti. Yang ini memang nama aslinya, yang sebetulnya sudah cukup bagus untuk seorang sinden. Oleh Nyi Suharni, ia malah mendapat panggilan Bebek.

"Bu Harni memang suka sembarangan memanggil nama orang," kata Sugiarti sambil tertawa.

Dijelaskannya, ia dipanggil dengan nama itu karena ibunya dulu punya banyak sekali bebek peliharaan.

Kaidah di atas memang ada perkecualian. Seperti yang dialami oleh Nyi Tomblok. Tomblok memang nama aslinya dan tak pernah diubahnya.

"Wajahnya juga enggak ayu," ujar Didiek.

Biar begitu, toh nama Tomblok sangat terkenal sebagai sinden. Sebab pesinden yang satu ini memang punya kelebihan, suaranya terkenal yahud.

Sejak tahun 1982 sampai 1985, ia selalu menjadi juara satu pesinden se-Jateng.

Bahkan pada tahun 1982, ia terpilih menjadi anggota misi kesenian Indonesia keliling berbagai negara di Eropa. (Bambang HS)

Baca Juga : Sungguh Keji, Geng Pedofil Ini Gunakan Kantong Plastik Sebagai Kondom Saat Perkosa Korbannya

Artikel Terkait