Penulis
Intisari-Online.com – Muncul dugaan Jamal Khashoggi dibunuh dan dimutilasi serta jasadnya dilenyapkan menggunakan cairan asam.
New York Times via Straits Times melaporkan pada Rabu (10/10), Khashoggi dibunuh dua jam setelah dia tiba di Konsulat Saudi di Istanbul.
Senator Amerika Serikat, Bob Corker, mentakan kepada CNN dikutip dari Axios, "Naluri saya mengatakan tidak ada keraguan, pemerintah Saudi melakukan ini."
Kasus jurnalis Arab Saudi dan kolumnis Washington Post yang hilang sejak 2 Oktober lalu itu menyoroti keadaan berbahaya bagi wartawan di banyak negara di dunia.
Berikut, deretan kasus yang melibatkan wartawan sebagai 'korban' di berbagai dunia, bersumber dari Axios.
1. Myanmar
Baru-baru ini, pihak berwenang Myanmar telah menangkap tiga wartawan karena menerbitkan sebuah cerita yang mengkritik pengeluaran pemerintah.
Penangkapan itu dilakukan hanya beberapa minggu setelah sepasang wartawan Reuters dijatuhi hukuman 7 tahun penjara karena penyelidikan mereka terhadap krisis kemanusiaan Rohingya.
Baca Juga : Viral Video Siva Aprilia Tersikut Petarung MMA: Inilah Lika-liku Profesi 'Gadis Ring', Bayarannya Wow!
2. Arab Saudi
Setidaknya, 15 wartawan di Arab Saudi telah ditangkap atau diculik sepanjang tahun 2017 lalu menurut kelompok kebebasan pers, Reporters Without Borders (10/10/2018) setelah hilangnya Jamal Khashoggi.
Masih menurut laporan tersebut dikutip dari scmp.com, dalam banyak kasus, penangkapan para wartawan itu tidak pernah secara resmi dikonfirmasi dan tidak ada pejabat yang pernah memberi ketarangan di mana mereka ditahan atau tuduhan apa yang dibebankan.
3. Bulgaria
Baca Juga : Proyek Meikarta Tersandung Kasus Suap, Konsumen Pilih Refund Tapi Harus Rela Kehilangan Rp100 Juta
Viktoria Marinova wartawan Bulgaria yang melakukan siaran terakhirnya adalah dugaan korupsi yang melibatkan dana pemerintah diperkosa dan dibunuh pada Sabtu (6/10/2018).
Viktoria Marinova adalah wartawan profil tinggi keempat yang dibunuh di Uni Eropa sejak 2017.
Dua lainnya, Slovakia Jan Kuciak dan Malta Daphne Caruana Galizia, juga menyelidiki korupsi pada saat kematian mereka.
4. Hong Kong
Pemerintah Hong Kong, menolak permohonan perpanjangan visa Victor Mallet editor Financial Times Asia. Kasus pertama, di mana seorang wartawan FTdiperlakukan seperti itu oleh otoritas lokal.
Selama hampir dua tahun, Mallet mengajukan permohonan untuk memperbaharui visa kerjanya bulan lalu tetapi permohonannya ditolak tanpa penjelasan apa pun.
Keputusan itu muncul setelah pejabat pemerintah di China dan Hong Kong mengutuk FCC – salah satu klub pers terkemuka di Asia – yang menyelenggarakan pidato oleh seorang aktivis kemerdekaan, menghidupkan kembali perdebatan tentang kelangsungan hidup kebebasan yang dijanjikan kota.
Sejak tahun 1992, sebanyak 1.322 wartawann telah tewas sebagai konsekuensi pekerjaan mereka, menurut Komite Perlindungan Wartawan (Committee to Protect Journalist).
Sementara pada tahun 2018 ini saja, 27 wartawan telah dibunuh. Jumlahnya naik dibandingkan tahun 2017 yakni 18 orang dan 2016 yani 19 orang.
Transparency International menyebut, 9 dari 10 wartawan tewas di negara-negara korup. Sedangkan 1 dari 5 wartawan meninggal saat meliput kasus korupsi itu sendiri.
Baca Juga : Memohon Bantuan pada Orang-orang Setelah Diserang Perampok, Dua Mahasiswa Ini Malah Diusir