Find Us On Social Media :

Suku di Indonesia Ini Pernah Miliki Tradisi Penggal Kepala Manusia untuk Mas Kawin

By Tatik Ariyani, Rabu, 17 Oktober 2018 | 18:30 WIB

Intisari-Online.com - Lokasinya yang jauh dari pusat kota membuat masyarakat Naulu masih hidup secara tradisional. 

Tidak seperti masyarakat Indonesia pada umumnya, kebanyakan penduduk suku ini memiliki kepercayaan yang diwariskan secara turun temurun.

Untuk bertahan hidup, penduduk suku Naulu akan berladang dan berburu.

Baca Juga : 6 Ritual Nenek Moyang untuk Meminta Hujan, Salah Satunya dari Suku Dayak

Masyarakat yang mendiami Pulau Seram, Maluku, ini memiliki tradisi yang mengerikan bagi sebagian besar orang.

Bagi mereka, berburu kepala manusia merupakan persembahan kepada nenek moyang. 

Tradisi inilah yang membuat suku Naulu dianggap sebagai suku terbelakang.

Mereka percaya bahwa tradisi ini wajib untuk dilakukan agar terhindar dari bahaya atau musibah.

Selain itu, tradisi ini dianggap sebagai sebuah kebanggaan dan simbol kekuasaan. 

Baca Juga : Viral Foto Lawas Borobudur: Seperti Inilah Kondisi Borobudur saat Pertama Kali Ditemukan, Menyedihkan

Kepala manusia memiliki arti penting bagi suku ini.

Maka tidak heran bila kepala manusia juga dijadikan sebagai mas kawin ketika seseorang dalam suku Naulu akan menikah.

Pada zaman dahulu, raja suku Naulu menggunakan cara ini untuk memilih seorang menantu laki-laki.

Sebagai bukti kejantanan, sang pria harus membawa kepala manusia sebagai mas kawin.

Persembahan kepala juga dilakukan saat penduduk mengadakan sebuah ritual Pataheri, ritual yang dilakukan sebagai perayaan atas dewasanya seorang anak laki-laki.

Baca Juga : 4 Cara Menurunkan Panas Dengan Bahan Alami, Salah Satunya dengan Kaus Kaki Basah

Bagi remaja yang berhasil memenggal kepala seseorang, mereka akan mengenakan ikat kepala merah sebagai simbol kedewasaan.

Tradisi ini sempat dinyatakan hilang pada awal tahun 1900-an.

Namun, beberapa sumber mengatakan bahwa tradisi ini masih dilakukan hingga tahun 1940-an.

Setelah bertahun-tahun, tradisi ini tidak lagi terdengar.

Baca Juga : Olla Ramlan Alami Stroke Telinga Hingga Tuli Sebelah, Sering Pakai Headset atau Earphone Bisa Jadi Penyebabnya!

Hingga akhirnya, pada 2005, ditemukan dua mayat tanpa kepala di kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah.

Kedua mayat tersebut diidentifikasi bernama Bonefer Nuniary dan Brusly Lakrane, yang ditemukan dalam kondisi mengenaskan karena bagian tubuhnya telah dipotong-potong. 

Seperti dikutip dari Tribun Jambi pada Rabu (17/10), hasil penyelidikan menunjukkan bahwa keduanya dibunuh oleh Suku Naulu sebagai persembahan kepada leluhur.

Baca Juga : Rumit Sekaligus Mengagumkan! Begini Proses Pembuatan Emas Batangan Murni

Pelakunya merupakan warga dengan marga Sounawe, yang melakukan ritual ini untuk memperbaiki rumah adat mereka.

Kejadian ini membuat para pelaku mendapat hukuman yang cukup berat.

Ketiga pelaku, Patti Sounawe, Nusy Sounawe, dan Sekeranane Soumorry dijatuhi hukuman mati.

Sedangkan tiga pelaku lainnya, Saniayu Sounawe, Tohonu Somory, dan Sumon Sounawe dipenjara seumur hidup.

Sejak kejadian ini, lembaga hukum berusaha untuk melakukan sosialisasi kepada semua pihak tentang adanya hukuman tegas bagi tindakan pembunuhan.

Kini, tradisi penggal kepala telah dihapus dan tidak terdengar lagi adanya korban yang menjadi persembahan.

Baca Juga : Siswi Ini Bagikan Roti Berisi Abu Kremasi Kakeknya Sendiri Kepada Teman-temannya, Ngeri!

Artikel ini pernah tayang di nationalgeographic.grid.id dengan judul "Kepala Manusia Sebagai Mas Kawin dan Tradisi Penggal Kepada Suku Naulu"