Find Us On Social Media :

Kasus Peluru Nyasar di Gedung DPR, karena Menembak Bukan Cuma Soal Menarik Pelatuk

By Ade Sulaeman, Rabu, 17 Oktober 2018 | 12:15 WIB

Intisari-Online.com - Kasus peluru nyasar yang terjadi di Gedung DPR pada Senin (15/10/2018) menarik perhatian warga masyarakat.

Dua ruangan yang terkena peluru nyasar adalah ruangan 1313 milik Anggota Fraksi Golkar Bambang Heri Purnomo dan ruangan 1601 milik Anggota Fraksi Gerindra Wenny Warouw.

Selain melubangin jendela kedua ruangan tersebut, salah satu peluru juga menembus kerudung salah satu staf gedung hingga menyebabkan sobekan.

Polisi bergerak cepat. Dua orang pelaku ditangkap di lapangan tembak milik Perbakin yang memang terletak di samping gedung DPR.

Baca Juga : Sports Bra Selamatkan Pesepeda Ini dari Peluru Nyasar Seorang Pemburu

Kedua tersangka yang diketahui bukan anggota Perbakin ini meminjam senjata milik seseorang berinisial AG.

Keduanya menggunakan senjata jenis Glock 17 yang sudah dimodifikasi.

Diduga, akibat modifikasi inilah tersangka sampai menembakan peluru 'sembarangan'.

Baca Juga : Kisah di Balik Penemuan Kerangka 'Vampir', Arkeolog Ketakutan dan Merasa Aneh

Ya, menembak memang tidak sekadar menarik picu kemudian peluru akan langsung mengenai sasaran.

Pada dasarnya, olahraga menembak bisa diikuti sejak dari anak-anak sampai usia bangkotan.

Badan internasional yang mengatur olahraga ini, Universal Internationale de Ter (UlT) saja tak membatasi usia atletnya.

Itu bertujuan agar mereka bisa mengikuti semua jenis nomor menembak yang ada.

Jadi, syarat utamanya hanyalah kuat angkat senjata.

Sebab kalau sudah ikut pertandingan yang memakan waktu dua jam lebih itu, dapat Anda bayangkan betapa melelahkannya itu.

Untuk mendapatkan ketahanan fisik itulah, diperlukan latihan seperti lari, angkat beban, atau berenang.

Baca Juga : Sumbangkan ASI-Nya Sebanyak 15 Lemari Es, Sosialita Thailand ini Dikritik Para Dokter

Malah ada yang melakukan yoga, sekalian mengasah konsentrasi.

Sementara pengenalan senjata bisa dimulai dari latihan bongkar pasang, cara merawat, dan etika menembak.

Pelatih juga akan memberikan pengetahuan arah angin.

Ini diperlukan karena akan menyangkut cara menentukan sudut laras senjata dan gerakan peluru terhadap angin.

Menarik Pelatuk

Posisi tubuh yang baik saat menembak adalah posisi di mana tumpuan seluruh berat badan lurus berada di tengah.

Jadi posisi kaki agak mengangkang.

Lalu, tarik nafas perlahan dan dikeluarkan sedikit demi sedikit.

Ini perlu, karena gerakan nafas yang tak teratur akan mengganggu konsentrasi.

Baca Juga : Gadis 4 Tahun Tewas dengan 1000 Luka: Terungkap Sudah Penderitaan Kejam yang Dia Alami Semasa Hidupnya

Akibatnya, laras senjata bisa bergerak.

Bila sudah diperoleh posisi yang baik, bolehlah kita membidik sasaran.

Tentu kemudian diiringi dengan menarik pelatuk setengahnya.

Kalau sudah pas banget, pelatuk pun ditarik habis.

Namun cara menarik semacam ini hanya berlaku buat jenis senjata yang tolakan pelatuknya berat.

Jadi, tak berlaku buat senjata api yang pelatuknya sensitif.

Malahan, di situ kita dilarang menarik pelatuk sebelum sasaran terbidik pasti.

Tepatlah kalau dikatakan unsur konsentrasi memegang peran penting.

Kita harus benar-benar tenang agar sasaran terbidik.

Kecuali itu, mentalpun harus kuat.

Artinya, mampu mengendalikan diri agar tak terpengaruh keadaan sekeliling.

Sebab kita tak sendirian, di kiri kanan banyak pula yang menembak.

Sebetulnya tak terlalu sulit membedakan kelas-kelas dalam pertandingan menembak.

Meskipun misalnya ia sering dipertandingkan secara bersamaan.

Lihat saja bentuk senjata dan jarak sasaran.

Senjata angin bentuknya lebih panjang dan sasarannya hanya berjarak 10 meter.

Sedangkan senjata api bentuknya lebih pendek, dengan sasaran berjarak antara 25-50 meter. (Muflika, Majalah Hai tahun 1990) 

Baca Juga : Sisi Kelam Pebulutangkis No. 1 Dunia, Kento Momota, Salah Satunya Kepergok Tidur Bersama Yuki Fukushima