Find Us On Social Media :

Kasus Peluru Nyasar di Gedung DPR, karena Menembak Bukan Cuma Soal Menarik Pelatuk

By Ade Sulaeman, Rabu, 17 Oktober 2018 | 12:15 WIB

Akibatnya, laras senjata bisa bergerak.

Bila sudah diperoleh posisi yang baik, bolehlah kita membidik sasaran.

Tentu kemudian diiringi dengan menarik pelatuk setengahnya.

Kalau sudah pas banget, pelatuk pun ditarik habis.

Namun cara menarik semacam ini hanya berlaku buat jenis senjata yang tolakan pelatuknya berat.

Jadi, tak berlaku buat senjata api yang pelatuknya sensitif.

Malahan, di situ kita dilarang menarik pelatuk sebelum sasaran terbidik pasti.

Tepatlah kalau dikatakan unsur konsentrasi memegang peran penting.

Kita harus benar-benar tenang agar sasaran terbidik.

Kecuali itu, mentalpun harus kuat.

Artinya, mampu mengendalikan diri agar tak terpengaruh keadaan sekeliling.

Sebab kita tak sendirian, di kiri kanan banyak pula yang menembak.

Sebetulnya tak terlalu sulit membedakan kelas-kelas dalam pertandingan menembak.

Meskipun misalnya ia sering dipertandingkan secara bersamaan.

Lihat saja bentuk senjata dan jarak sasaran.

Senjata angin bentuknya lebih panjang dan sasarannya hanya berjarak 10 meter.

Sedangkan senjata api bentuknya lebih pendek, dengan sasaran berjarak antara 25-50 meter. (Muflika, Majalah Hai tahun 1990) 

Baca Juga : Sisi Kelam Pebulutangkis No. 1 Dunia, Kento Momota, Salah Satunya Kepergok Tidur Bersama Yuki Fukushima