Penulis
Intisari-Online.com- Tradisi minta hujan muncul karena musim kemarau panjang memang dapat menciptakan berbagai persoalan, termasuk membuat petani menderita.
Selain petani sulit mendapat air untuk kebutuhan sehari-hari, sawah dan ladang mereka pun bisa gagal panen karena kekuranganair.
Berharap segera diturunkan hujan, masyarakat pun menggelar ritual minta hujan.
Nah dari dulu, nenek moyang kita ternyata sudah memiliki cara untuk meminta hujan.
Baca Juga : Ini Doa yang Dipanjatkan Khabib Nurmagomedov Setiap Hari Sebelum Bertarung Melawan Conor McGragor
Yakni dengan melakukan berbagai macam ritual, apa saja ritual itu dan dari mana asalnya?
1. Ujungan
Ujungan adalah tradisi pukul rotan dalam ritual minta hujan.
Baca Juga : Tak Hanya Tamu Agung, Ratu Elizabeth II Juga Mengundang Orang Biasa Makan Semeja dengannya
Tradisi ini diadakan oleh warga Desa Gumelem, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Permainan ini hanya diikuti laki-laki dewasa dengan iringan tabuhan gending banyumasan.
Untuk melindungi angota tubuh dari pukulan rotan lawan, pemain mengenakan pelindung berupa kain tebal yang telah diisi sabut kelapa.
Konon, tradisi pukul rotan ini sudah ada sejak tahun 1830.
Baca Juga : (Video) Wanita Tulungagung Ini Sholat di Tengah Jalan Raya dan Dijaga Tentara
2. Tari Tiban
Tari Tiban adalah tarian kuno yang dilakukan pada saat ritual minta hujan.
Dengan membawa cemeti yang terbuat dari lidi aren yang sudah dipilin, para pemain memasuki arena sambil menari-nari diiringi tetabuhan.
Tradisi ini dilakukan setiap tahun pada saat musim kemarau oleh warga Desa Wajak Lor, Kecamatan Bojolonagu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Baca Juga : Betapa Dahsyatnya Letusan Gunung Krakatau 1883 yang Menyebabkan Hujan Batu Apung Cukup Deras di Teluk Betung
3. Ojung
Seperti dalam tradisi Ujungan, warga Desa Blimbing, Kecamatan Klabang, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, juga menggelar aksi sabet rotan yang diberi nama Ojung.
Aksi ini digelar setelah acara selamatan berupa doa dan makan bersama di pinggir sungai.
Upacara ini dimeriahkan pula dengan tarian khas daerah ini, yaitu tari topeng kuno dan tari ronteksingo.
4. Cowongan
Baca Juga : Awkarin Endorse Suntikan Pembesar Payudara: Ini Bahayanya Lakukan Injeksi Sendiri Tanpa Pengawasan
Cowongan adalah tradisi minta hujan dengan membuat boneka dari irus (sendok sayur) atau siwur (gayung) yang terbuat dari batok kelapa.
Tradisi ini dilakukan warga Desa Plana, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Cowongan diadakan pada saat kemarau panjang.
Boneka dari siwur atau irus didandani dengan paras perempuan.
Pemain cowongan menyanyikan syair yang berisi doa kepada sang penguasa alam agar segera diberi hujan.
5. Nyaluh Ondou
Nyaluh Ondou adalah ritual meminta hujan bagi masyarakat suku Dayak Ot Danum di Kalimantan Tengah.
Upacara ini dimulai dengan mengambil air dan pasir di tepi sungai Kahayan, dilanjutkan dengan mengantar persembahan di tengah hutan.
Persembahan yang dibawa antara lain berupa garam balok, uang koin, telur masak, beras dan ketan, rokok, dan ayam rebus.
Baca Juga : Jokowi Minta Diajarin Kaesang Main Mobile Legends dan eSport, Ini Ceritanya
Sesaji ini dipersembahkan kepada tiga rajan atau malaikat yang menguasai hujan.
Yaitu Raja Gamala Raja Tenggara (penguasa kilat), Raja Junjulung Tatu Riwut (penguasa angin), dan Raja Sangkaria Anak Nyaru (penguasa petir).
Selesai membaca doa, peserta ritual kembali ke arah sungai dengan berlari.
Sesampai di tepi sungai, pemimpin upacara melepaskan ayam jantan untuk ditangkap.
Baca Juga : Kok Kita Suka Aroma Hujan Turun? Begini Penjelasan Ilmiahnya
6. Selamatan Gunungsari
Tradisi minta hujan juga dilakukan warga Dusun Gunungsari, Desa Indrodelik, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, dengan mengadakan selamatan di Telaga Gunungsari yang sudahkering.
Dalam upacara ini, warga membawa makanan seperti nasi kunimg, ketan, buah-buahan, ikan, dan minuman dawet.
Setelah semua warga berkumpul, doa pun dipanjatkan dan dilanjutkan dengan makan bersama.
Konon, tradisi minta hujan ini sudah lama ada.
Tradisi ini sebagai wujud rasa syukur, sekaligus cara untuk menjaga telaga sebagai sumber air bagi warga desa.
Baca Juga : Vladimir Putin Minta Ayah Khabib Nurmagomedov untuk Tak Menghukum Anaknya