Wanita Cantik Ini Diciduk Polisi dan Diblokir dari Akun Medsos 'Penghasil Uangnya' Gara-gara Melakukan Hal Tak Sopan Ini

Adrie Saputra

Penulis

Yang Kaili, memiliki 44 juta pengikut di satu platform media sosial, "menghina" lagu kebangsaan saat siaran di platform live streaming Huya.

Intisari-Online.com - Yang Kaili, selebritas berusia 21 tahun yang memiliki 44 juta pengikut di satu platform media sosial, "menghina" lagu kebangsaan saat siaran di platform live streaming Huya.

Kejadian itu terjadi pada 7 Oktober, polisi di distrik Jingan Shanghai melaporkandi sebuah posting media sosial pada hari Sabtu.

Yang memperkenalkan "festival musik online" ketika dia menyenandungkan awal dari nada seremonial yang disebut Athletes March, sebelum menyanyikan kata-kata pembuka kepada lagu kebangsaan March of the Volunteers sambil melambaikan tangannya di udara seperti seorang konduktor.

Beberapa pengguna internet menyatakan marah pada kesembronoannya, sementara pernyataan polisi menggambarkan perilakunya sebagai "penghinaan terhadap martabat lagu kebangsaan".

Baca Juga : Pada 1969 Rusia dan China Hampir Saja Berperang tapi Urung Terjadi Gara-gara Orang Amerika

Yang akhirnya ditahan di bawah undang-undang yang mengatur tentang kesengajaan memodifikasi lirik, atau memainkan atau menyanyikan March of the Volunteers dalam "cara tidak sopan di publik".

Akibatnya dia pun dapat ditahan hingga 15 hari atau dipenjara hingga tiga tahun.

Undang-undang serupa akan dilaksanakan di Hong Kong dan Makau setelah sejumlah insiden di mana para penggemar sepak bola di bekas koloni Inggris mencemooh lagu sebelum pertandingan internasional.

Langkah ini telah menyebabkan kontroversi yang intens di Hong Kong karena banyak orang menyatakan keprihatinan bahwa mereka mungkin secara tidak sengaja melanggar hukumatau tidak mengetahui Undang-undang yang mengatur tersebut.

Baca Juga : Makin Memanas, Taiwan Tegaskan Tak Akan Gentar Hadapi Tekanan dari China

Bilamasih ingat dengan film Boboho, ketika lagu kebangsaan China dimainkan, digambarkanorang harus berdiri dan bertindak dengan hormat.

Yang, yang memiliki lebih dari satu juta pengikut di Weibo, mengeluarkan dua permintaan maaf dalam menghadapi kritik yang memuncak atas penampilannya, memohon maaf atas "kesalahan bodohnya".

"Saya dengan tulus meminta maaf karena menyanyikan lagu kebangsaan secara tidak serius saat siaran."

"Apa yang saya lakukan telah menyakiti perasaan Anda. Maafkan saya. Maaf untuk ibu pertiwi, untuk para penggemar, pengguna web, dan platform," tulisnya, ia berjanji untuk menghentikan siaran dan melakukan pendidikan serta kegiatan patriotik.

Baca Juga : Meski Tertinggal, China Bulatkan Tekad Ciptakan Obat-obatan Murah untuk Penyakit Ganas

Huya, yang terdaftar di Bursa Efek New York pada bulan Mei, segera memblokir Yang setelah insiden itu dan menghapussemua videonya di-offline-kan.

"Lagu kebangsaan adalah khidmat dan suci, Huya menghormati lagu kebangsaan dan dengan tegas melindungi martabatnya," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa perilaku Yang mencerminkan kurangnya kesadaran akan "hukum dan tanggung jawab sosial".

Sementara itu, semua videonya telah dihapus di TikTok, aplikasi streaming populer lain yang pertama kali ia gunakan untuk naik ke ketenaran, mempunyai 44 juta pengikut.

Hanya beberapa bulan yang lalu, ia diblokir oleh Kuaishou, aplikasi pesaing TikTok, karena meminta uang kepada penggemar sebesar 30.000 yuan (Rp65 juta) untuk menambahkannya di WeChat, platform media sosial paling populer di China.

Baca Juga : Sisi Gelap Salah Satu Kota di China: Sambil Menangis Pekerja Ini Beberkan Bagaimana Dirinya yang Dianggap Semut

Popularitas live streaming di China telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, menciptakan sejumlah besar selebriti medsos, banyak dari mereka wanita muda yang berbagi cuplikan kehidupan sehari-hari mereka di depan kamera.

Sekarang pasar terbesar di dunia diantaranya adalah live streaming atau siaran langsung, industri di China diperkirakan akan menghasilkan 4,4 miliar dolar AS (Rp 67 triliun) dalam pendapatan tahun ini, menurut laporan oleh Deloitte.

Artikel Terkait