Find Us On Social Media :

Ketika Hotman Paris Mau Pamer Mobil Pertamanya, eh Malah Mogok

By Intisari Online, Minggu, 14 Oktober 2018 | 18:00 WIB

"Aku lihat bangunan Bank Indonesia di Jalan Thamrin itu bangunan dan tiang gede-gede, kalau bekerja di sana pasti uangnya juga besar," begitu pikirku.

Baca Juga : Pengacara: Ada 3 Wanita yang Klaim Jadi 'Korban' Cristiano Ronaldo

Dengan berat hati, kantor Bang Buyung aku tinggalin. Meski saat itu Bang Buyung sempat marah, aku tak hiraukan. Masuklah aku mengikuti pendidikan untuk calon pemimpin di Bank Indonesia di Jalan Juanda.

Ternyata, begitu aku mengikuti pendidikandi sana, alam pikiranku tak cocok. Aku pikir, di sana terlalu feodal, terlalu disiplin, seperti tentara.

Aku mengalami depresi yang sangat berat. Mungkin bisa dikatakan hampir gila kali, ya. Meski demikian, aku tetap mengikuti pendidikan sampai selesai.

Begitu selesai, aku langsung minta cuti. Rasanya aku memang sudah sakit jiwa. Dokter di sana pun merekomendasi aku untuk bisa cuti.

Kata dokter, kejiwaaanku sedang terganggu dan perlu istirahat.

Di balik rasa stres, ada jugacerita lucu. Semasa dalam pendidikan itu, kalau mau istirahat makan siang, aku dan teman-teman selalu diskusi, mau makan di mana kita?

Kalau makan di luar, berarti makan di tenda-tenda kaki lima. Kalau di dalam, ya di restoran Padang yang pasti harganya lebih mahal.

Dibandingkan dengan temantemanku, aku lebih cuek. Aku sering makan di restoran Padang. Bila pertengahan dan akhir bulan bokek, ya baru makan di tenda-tenda.

Nah, teman-teman, untuk makan saja diskusinya bisa lama gitu.

Karena tak bisa hemat, sempat pula aku ngutang dan jual cincin emas di daerah Kwitang. Memang, mengikuti pendidikan di BI itu, buat aku sengsara banget deh.