Find Us On Social Media :

Meski Tertinggal, China Bulatkan Tekad Ciptakan Obat-obatan Murah untuk Penyakit Ganas

By Tatik Ariyani, Rabu, 10 Oktober 2018 | 14:00 WIB

Intisari-Online.com - Tak hanya produk elektronik, China juga bertekad untuk membuat inovasi obat-obatan yang ampuh dengan harga murah.

Tu Youyou, pemenang Hadiah Nobel 2015 dalam kedokteran, kura dikenal karena kehebatannya dalam inovasi obat.

Sejak Tu dan timnya membuat penemuan inovatif obat antimalaria tahun 1972, hanya beberapa obat yang baru dikembangkan di dalam negeri dan telah mendapat persetujuan pemerintah untuk dipasarkan.

Dalam sepuluh bulan pertama tahun lalu, dari 35 obat baru, hanya satu yang dikembangkan oleh perusahaan domestik.

Baca Juga : Kisah Dokter 106 Tahun: Pernah Lakukan Eksperimen Obat pada Diri Sendiri dan Masih Aktif hingga Kini

Tiga dari 11 obat yang mendapat lampu hijau untuk dipasarkan tahun 2015 dan 2016 dikembangkan oleh perusahaan lokal.

Di AS, dari 46 obat baru yang diberi izin untuk dipasarkan, 28 dikembangkan oleh perusahaan AS.

Empat sisanya dipimpin oleh perusahaan di Eropa. Tidak ada orang China.

Inovasi obat masih baru di China, tetapi setelah reformasi regulasi, negara telah bergerak ke arah itu dalam beberapa tahun terakhir, kata Marietta Wu, managing director perusahaan ekuitas swasta Quan Capital.

Baca Juga : Hanya 9 Bulan Xiaomi Redmi 5A Berhasil Terjual Sebanyak 10 Juta Unit!

Strategi 'Made in China 2015' diluncurkan pada 2015 menetapkan target 5 dan 10 tahun untuk perusahaan domestik dalam inovasi obat, pengembangan pasar dan substitusi.

Mampu menghasilkan obat yang lebih baik di dalam negeri adalah kunci bagi China untuk menurunkan biaya dan meningkatkan aksesibilitas obat-obatan (terutama untuk kanker yang mengancam jiwa).

Selain itu juga membantu menopang kohesi ekonomi di tengah kesenjangan ekonomi antar masyarakat perkotaan dan pedesaan.

Contoh kasus nyata adalah ketika seorang pasien leukimia China yang menyelundupkan obat kanker murah tapi belum teruji dari India untuk sekitar 1.000 pasien kanker China.

Baca Juga : WhatsApp Akan Luncurkan Fitur Baru yang Akan Membuatnya Dibenci Pengguna

Untuk itu, pada bulan Juli para pejabat dihimbau untuk mempercepat pemotongan harga untuk pengobatan kanker.

Penghapusan tarif dan pemotongan drastis untuk PPN pada obat kanker yang diimpor Mei dan Juni tahun ini mengurangi biaya obat dalam jangka pendek.

Tetapi swasembada yang lebih besar dan kepemilikan kekayaan intelektual adalah jawaban jangka panjang.

Saat ini, di Nanjing sedang dilakukan uji klinis teknologi sel T reseptor antigen kronik eksperimental (CAR-T) oleh Genscript, perusahaan inovasi.

Baca Juga : Monas Akan Kehilangan Bayangan Selama 3 Hari Mulai Hari Ini

Genscript, tahun lalu berhasil menyembuhkan penyakit multiple myeloma, sejenis kanker, yang diderita salah satu orang Amerika, Craig Chase.

Kesembuhan itu terjadi setelah 6 minggu perawatan di rumah sakit Nanjing.

Chase menjadi orang asing pertama yang mencoba perawatan eksperimen di institusi China setelah tiga metode konvensional di AS gagal menyembuhkannya.

Dia adalah pasien keenam yang sukses disembuhkan dengan terapi CAR-T di rumah sakit, kata sebuah laporan.

Keberhasilan ini memang tidak mengubah fakta bahwa China adalah salah satu negara yang lambat dalam inovasi obat.

Namun, China terus berbenah untuk mengembangkan inovasi obatnya, terutama obat-obat untuk penyakit mematikan seperti kanker, agar bisa dijangkau oleh semua kalangan masyarakat.

Beijing ingin industri China mengembangkan 10 hingga 20 obat inovatif pada 2020 dan mengomersialkan 20 hingga 30 pada 2025.

China ingin setidaknya 100 perusahaan farmasi memperoleh sertifikasi US, UE, Jepang dan WHO.

Baca Juga : Akses HP Suaminya Tanpa Izin, Wanita ini Dipenjarakan 3 Bulan