Ketika Aspal Bergelombang dan Lumpur Keluar dari Perut Bumi di Petobo, 'Seperti Mau Kiamat'

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Amir warga Petobo menceritakan detik-detik saat genpa terjadi yang menurutnya seperti mau kiamat, kampungnya ditelan lumpur dari perut bumi.

Intisari-Online.com – Tidak ada yang bisa membayangkan bagaimana warga Palu dan Donggala menghadapi detik demi detik gempa yang mengguncang daerah mereka.

Hal ini juga yang dirasakan oleh amir (35), yang tinggal di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah, kisahnya diangkat dalam Kompas.com.

Lumpur yang keluar dari perut bumi telah mengubur sebagian kampungnya.

Hingga Selasa, 2 Oktober 2018, Amir masih belum menemukan anak dan neneknya.

Baca Juga : Jadi Negara Gemah Ripah, Indonesia Sejatinya 'Menyimpan' Musibah Gempa dari 4 Sesar Seper Aktif dan Berbahaya Ini

"Sore itu saya lihat jalan aspal tiba-tiba menekuk-nekuk ke atas seperti gelombang laut disertai gempa yang mengguruh," kata Amir dikutip dari Kompas, Senin (1/10/2018).

Jalan beraspal tampak mulai terlipat dan perlahan mendekat ke arah rumahnya, tutur Amir.

Ia merasakan, gemuruh dan guncangan pada Jumat 28 September 2018 itu tak ubahnya seperti dunia mau kiamat.

Amir yang baru pulang dari bekerja memberanikan diri menerjang rekahan tanah untuk mencari anak pertamanya.

Anak dan mertuanya sedang membeli lauk untuk makan malam.

"Saya meloncat-loncat dari gundukan aspal yang terangkat untuk mencari mereka," tutur Amir.

Kemudian tak lama, muncul lumpur dari perut bumi, menembus rekahan-rekahan aspal di Petobo.

Rumah-rumah di sana mulai ambruk seperti ditelan oleh lumpur.

"Saya lihat seorang ibu menggendong anaknya tenggelam di dalam rekahan. Kami berusaha menolongnya dengan menggali lumpur," kata Amir matanya berkaca-kaca.

Baca Juga : 'Saya Suruh Dia Lari Cepat, Tapi Dia Tersapu Ombak,' Kata Puteri Pratiwi Korban Gempa dan Tsunami Palu

Wanita ini hanya menyisakan kepalanya saja yang masih terlihat, sementara tubuhnya sudah ditelan lumpur.

Amir kemudian menarik kepalanya dan berhasil. Tetapi tidak dengan anak yang digendongnya karena tenggelam dalam lumpur.

Setelah itu, Amir berusaha menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman.

Lumpur yang keluar dari perut bumi tersebut seperti di dorong dari dalam perut bumi, hingga muntahannya membentuk bukit dan menenggelamkan sebagian wilayah Petobo.

Menurut Amir, ia mengira ada ratusan rumah yang tenggelam – Petobo adalah kawasan padat penduduk.

Kehilangan rumah yang ditelan lumpur tidak hanya dialami oleh Amir, warga lain pun demikian.

Syamsuddin (51), juga kaget setengah mati tahu kampunya menjadi seperti itu tatkala pulang bekerja di Perumahan Dosen Tadulako.

Syamsuddin lebih tidak beruntung lagi, hingga kini ia tak tahu nasib keluarganya. I pasrah.

"Saya sedih, saya hanya bisa berdoa untuk kebaikan semuanya," ujarnya.

Baca Juga : Gempa Kobe, 'Tamparan Keras' yang Mengubah Cara Jepang Menghadapi Bencana Alam

Artikel Terkait