Benarkah Game Kekerasan Bisa Menyebabkan Anak Berperilaku Kasar?

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Sebuah studi baru menyatakan bahwa video game kekerasan menyebabkan pemain menjadi lebih agresif secara fisik.

Intisari-Online.com - Sebuah studi baru menyatakan bahwa video game kekerasan menyebabkan pemain menjadi lebih agresif secara fisik.

Sebuah studi yang mengamati lebih dari 17.000 remaja, usia 9 hingga 19 tahun, dari tahun 2010 hingga 2017 menemukan bahwa bermain video game kekerasan menyebabkan peningkatan perilaku agresif secara fisik dari waktu ke waktu.

Analisis dari 24 studidi negara-negara termasuk Amerika Serikat, Kanada, Jerman dan Jepang menemukan bahwa orang yang memainkan game kekerasan seperti"Grand Theft Auto," "Call of Duty" dan "Manhunt" cenderung menunjukkan perilaku seperti berkelahi di sekolah atau memukul anggota selain keluarga.

Jay Hull, penulis studi yang diterbitkan Senin (1/10/2018) dalamRisalah National Academy of Sciences, mengatakan, "Meskipun tidak ada satu pun proyek penelitian yang definitif, penelitian kami bertujuan untuk memberikan tanggapan yang paling mutakhir dan menarik terhadap kritik-kritik mengenai topik ini."

Baca Juga : 11 Cara Sederhana Meningkatkan IQ, Salah Satunya Bermain game

"Berdasarkan temuan kami, kami jelas merasa bahwa video game kekerasan dikaitkan dengan peningkatan perilaku agresif secara fisik."

Game kekerasan telah menjadi isu hangat selama lebih dari satu dekade.

Penelitian terhadaphal ini meningkat setelah dua remaja yang melakukan penembakan diColumbine High School, juga memainkan game komputer "Doom."

Namun, hakim Antonin Scalia menepis hubungan antara game dan kekerasan.

Baca Juga : Mengapa Tanggal 2 Oktober Dipilih Menjadi Hari Batik Nasional?

Dia berkatabahwa studi-studi ini telah ditolak oleh setiap pengadilan dengan alasan studi tersebut tidak membuktikan bahwa video game kekerasan menyebabkan anak di bawah umur bertindak secara afresif.

Sejak saat itu, laporan Asosiasi Psikologi Amerika tahun 2015 menemukan bahwa tidak cukup bukti untuk menunjukkan hubungan bahwagame kekerasanmengakibatkan perilaku agresif atau tindakan kriminal.

Awal tahun ini, Trump mengadakan pertemuan video game satu bulan setelah penembakan di MarjoryStoneman Douglas High School di Parkland yang menewaskan 17 orang.

Trump mendengar banyak orang yang mengatakantingkat kekerasan di video game benar-benar membentuk pikiran anak muda.

Baca Juga : Berdasar Riset, Bali Masuk Peringkat Empat Jumlah Penderita Gangguan Jiwa Berat di Indonesia

Para peneliti Dartmouth berusaha mengurangi kebingungan tentang temuan penelitian dengan meta analisis yang terstruktur.

Orang-orang yang menjadi objek penelitian yang bermain game kekerasan, baik sering maupun jarang memiliki risiko perilaku agresif.

Sebuah studi terpisah tahun 2015 tentang video game kekerasan pada 2.000 keluarga adalah salah satu yang dimasukkan dalam meta analisis dari total 24 studi.

Efeknya "relatif kecil, tetapi secara statistik dapat diandalkan. Efeknya memang ada," kata Hull.

Meskipun tidak ada penelitian yang menunjukkan video game kekerasan yang mengarah pada perilaku kriminal, penelitian Hull sebelumnya menunjukkan bahwa pemain dapat mempraktikkan perilaku berisiko seperti mengemudi secara sembrono, pesta mabuk-mabukan, atau merokok.

"Banyak orang-orang yang bertanya, apakah game semacam ini benar-benar menyebabkan anak-anak berperilaku agresif? Saya akan mengatakan itu adalah satu kemungkinan," kata Hull.

Di sisi lain, hal itu merupakan pertanda yang buruk.

Jika anak-anak bermain gamekekerasan, baik game tersebut membawa efek yang benar atau salah, atau menghasilkanpemikiran yang baik atau buruk dan karena hal itulah anak-anak tertarik pada game, para orangtua juga harus memperhatikannya.

Baca Juga : Kisah Febri yang Selamat dari Bom Bali 2 dan Berjanji Mengisi Hidupnya untuk Menolong Orang

Artikel Terkait