Find Us On Social Media :

Tegar saat Divonis, Pembunuh Pensiunan TNI AL Ini Menangis saat Tahu Ibunya Telah Meninggal Dunia

By Intisari Online, Rabu, 26 September 2018 | 10:19 WIB

Intisari-Online.com - Supriyanto (20) divonis 12 tahun penjara atas aksinya merampok dan membunuh Hunaedi (83), pensiunan TNI AL di Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.

Kasus itu bermula pada 4 April 2018, ketika Hunaedi menerima Supriyanto di rumahnya. Supriyanto awalnya berpura-pura menanyakan alamat kepada Hunaedi untuk mengamati situasi di rumah Hunaedi.

Saat Hunaedi lengah, Supriyanto masuk ke rumah tersebut dan mengambil uang Rp 3,2 juta di atas meja.

Keesokan harinya, 5 April 2018, Supriyanto kembali datangi rumah Hunaedi dan pura-pura bertamu.

Baca Juga : Ingin Punya Pelat Nomor 'Cantik'? Ini Syarat dan Tarif Resminya!

Ketika ditanya maksud kedatangannya, Supriyanto malah mendorong Hunaedi dan mengambil uang Rp 200.000 di atas meja. Hunaedi yang sempat melawan ditusuk dan tewas bersimbah darah.

Supriyanto ditangkap dan dijebloskan ke penjara beberapa hari kemudian. Selasa (25/9/2018) kemarin, ia duduk di kursi pesakitan untuk mendengarkan vonis yang dibacakan Ketua Majelis Hakim Kartim Haerudin.

"Mengadili menyatakan terdakwa secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan dalam keadaan yang memberatkan mengakibatkan orang lain mati. Oleh karena itu menjatuhkan pidana kepada terdakwa dengan penjara 12 tahun," kata Kartim.

Vonis ini lebih rendah tiga tahun dari tuntutan jaksa. Jaksa sebelumnya menuntut 15 tahun penjara dengan dakwaan pembunuhan berencana sesuai Pasal 340 KUHP.

Baca Juga : Makin Mantap Ingin Berdamai, Kim Jong-un Kirim Hadiah Senilai Rp19,8 Miliar kepada Korea Selatan

Namun hakim tak setuju dengan pasal yang didakwakan. Hakim menilai Supriyanto lebih tepat dijerat dengan Pasal 365 KUHP tentang pencurian dengan kekerasan.

"Hakim tidak sependapat dengan jaksa penunut yang menjatuhi hukuman 15 tahun karena terlalu berat," ujar Kartim.

Dalam pertimbangannya, hakim menyebut sejumlah hal yang memberatkan vonis. Tewasnya Haerudin di tangan Supriyanto dianggap tidak berkeprimanusiaan. Selain itu, Haerudin meresahkan masyarakat dan merugikan orang lain.

"Adapun hal yang meringankan, terdakwa terus terang dan menyesali perbuatannya," kata Kartim.

Baca Juga : Pria Ukraina Ini Bocorkan 10 Alasan Kenapa Banyak Pria Bule Suka Wanita Indonesia

Setelah mendengar putusan ini, Supriyanto hanya menunduk dan mengangguk tanda menerima putusan. Jaksa penuntut umum masih pikir-pikir untuk mengajukan banding atau menerima.

Keluarga korban tak puas

Tisa, putri Hunaedi, kecewa dengan putusan majelis hakim. Tisa yang merekam jalannya persidangan dan terus beristighfar, kecewa hakim hanya menjatuhkan vonis 12 tahun penjara bagi pembunuh ayahnya.

"Saya tidak terima, saya keberatan akan poin yang terakhir, 12 tahun penjara," kata Tisa.

Tisa meyakini Supriyanto memang sengaja membunuh ayahnya. Sebab Supriyanto sudah mencuri sehari sebelum ayahnya tewas ditikam. Sejak awal, Tisa berharap Supriyanto dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

"Harapannya seumur hidup, kalau enggak seumur hidup, (hukuman) mati," ujar Tisa.

Ia berharap jaksa penuntut umum mengajukan banding atas putusan itu.

Ironi

Jelang sidang vonis, ibunya Supriyanto meninggal dunia. Namun hal itu tak langsung diberitahukan kepadanya.

Ia tak menangis ketika majelis hakim membacakan pidana 12 tahun penjara untuknya. Ia justru menangis saat keluar dari ruang sidang karena diberitahu pengacaranya bahwa ibunya telah meninggal. Supriyanto pun langsung terisak dengan tangan diborgol.

Pengacara publik yang ditunjuk untuk Supriyanto, Juan Hutabarat, mengatakan ibunda Supriyanto sebenarnya meninggal dua pekan lalu, tepatnya 11 September 2018. Juan mengatakan kabar duka ini sebenarnya sudah diketahui jaksa penuntut umum yang mengurus perkara Supriyanto.

"Kami minta jaksa yang menyampaikan, tapi jaksa belum menyampaikan ke terdakwa dan majelis hakim, ya akhirnya kami inisiatif menyampaikan," ujar Juan.

Juan memilih menyampaikan kabar duka ini setelah pembacaan vonis lantaran tak ingin membebani pikiran Supriyanto. Ibu Supriyanto diketahui meninggal karena sudah lama mengidap penyakit.

"Selama persidangan kami enggak pernah melihat ada keluarganya," kata Juan.

(Nibras Nada Nailufar)

Baca Juga : Ini Baru Berita Bahagia, Harga Xiaomi Redmi Note 5 Turun Banyak

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saat Terpidana Pembunuhan Menangis Dengar Ibunya Meninggal".