Find Us On Social Media :

Gerakan 30 September: Isu Dewan Jenderal yang Dihembuskan Menjadi Pemicu Utama

By K. Tatik Wardayati, Senin, 24 September 2018 | 18:45 WIB

Tapi ada juga informasi, justru PKI yang akan melakukan kudeta. Birgjen Soegandhi yang melaporkan hal itu kepada Presiden Sukarno, justru dimarahi.

Baca Juga : Menjelang G30S PKI, Pesta di Kedutaan Tanpa Membayangkan yang Terjadi Setelahnya

Tapi sejarah telah terjadi. Enam orang jenderal, perwira pada Markas Besar Angkatan Darat, dan seorang perwira pertama, diculik dan dibunuh oleh sekeIompok tentara gabungan yang dimotori oleh pasukan Batalyon I Tjakrabirawa pada Jumat dini hari 1 Oktober 1965.

Mereka adalah A. Yani, Suprapto, Soetojo Siswomihardjo, Suwondo Parman, DI Panjaitan, dan MT Harjono. Sasaran utama, Jenderal Abdul Harris Nasution yang saat itu menjabat Kepala Staf Angkatan Bersenjata (KSAB) merangkap Menteri Keamanan Nasional pada Kabinet Dwikora pimpinan Presiden Sukarno, justru berhasil lolos.

Tapi putrinya, Ade Irma Suryani, tertembak hingga meninggal lima hari kemudian, dan ajudannya Letnan I (Inf.) Pierre Tendean, diambil sebagai pengganti.

Operasi - yang semula hanya menculik para anggota Dewan Jenderal - itu dinamakan Gerakan 30 September, dipimpin oleh Letkol Untung Sjamsuri, Komandan Batalyon I Tjakrabirawa.

Baca Juga : Seandainya Tokoh-tokoh PKI Lebih Cepat Bertindak, Entah Apa Jadinya Kota Yogyakarta

Anggotanya antara lain Brigjen Soepardjo, Letkol Udara Heroe Atmodjo, dan Mayor Udara Soejono.

Brigjen Soepardjo adalah Panglima Komando Tempur Siaga II di Kalimantan dalam rangka Konfrontasi dengan Malaysia, Letkol Heroe adalah perwira intelijen Angkatan Udara yang secara kebetulan pada hari terakhir Gerakan 30 September diikutsertakan oleh Letkol Untung, sedangkan Mayor Udara Soejono adalah Komandan Resimen Pasukan Pertahanan Pangkalan yang berhasil direkrut oleh Ketua Biro Khusus PKI Sjam Kamaruzzaman.

Di tengah jalan, operasi menjadi berantakan karena beberapa jenderal langsung ditembak hingga meninggal. Mereka pun tidak dihadapkan kepada Bung Karno, melainkan dibawa ke Lubang Buaya, wilayah pelatihan sukarelawan simpatisan PKI di daerah Jakarta Timur.

Tujuan operasi makin jauh dari rencana ketika pada pukul 07.00 WIB 1 Oktober 1965, melalui Radio Republik Indonesia, Letkol Untung Sjamsuri berpidato mengenai pimpinan pemerintahan sementara yang dipegang oleh Dewan Revolusi.

Baca Juga : Prahara Karnah Soekarta, Penyumbang Medali Asian Games yang Dituduh PKI hingga Alami Keajaiban Berganti Kelamin