Penulis
Intisari-online.com - Dalam beberapa dekade Timur Tengah adalah tempat bagi berlangsungnya medan pertempuran.
Salah satunya adalah konflik brutal di Yaman konflik dan kekerasan di negeri tersebut telah memaksa lebih dari tiga juta orang keluar dari rumah mereka.
Bahkan, lebih dari 60.000 warga Yaman telah tewas atau terluka sejak konflik dimulai pada tahun 2015.
Konflik di Yaman bukanlah masalah bagi negeri yang kini dilanda perang tersebut.
Baca Juga : Presiden Real Madrid: Kami Tidak Ingin Menjual Cristiano Ronaldo, Tapi …
Beberapa negara terlibat dibalik perang, dari membiayai faksi-faksi yang bertikai untuk menyediakan senjata yang memungkinkan konflik berlanjut.
Meski demikian, pada saat yang sama penduduk adalah korban dari ngerinya perang yang berlansung.
Berikut ini beberepa kisah memilukan dari orang-orang yang menjadi korban perang :
1. Keluarga yang tinggal di reruntuhan
Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!
Zaumala dan istrinya Waslamebeserta anak-anak mereka melarikan diri ke Amran Governorat dua tahun lalu ketika perang dimulai.
Sebelum melarikan diri, putri pasangan itu tewas dalam serangan udara ketika sedang pergi ke pasar lokal.
Mereka menguburkannya sebelum mereka melarikan diri."Aku tidak tahu apakah akan mengejar anak-anakku yang lain atau mengurus anakku," kata Zaumala.
2. Anak-anak dan reruntuhan sekolahnya
Baca Juga : Cara Mengobati Biduran Secara Alami Tanpa Obat Kimia tapi Tetap Manjur
Sekelompok gadis kecil iniduduk di reruntuhan sekolah mereka di kota Amran.
Sekolah tersebut hanya dibuka selama setahun sebelum akhirnya diserang oleh serangan udara pada tahun 2017.
3. Pria ini bernama Abdullah
Baca Juga : Ingin Punya Pelat Nomor 'Cantik'? Ini Syarat dan Tarif Resminya!
Abdullah, pria berusia 36 ini berdiri di depan reruntuhan bekas tempat kerjanya.
"Pabrik semen ini memegang sebagian dari hidup, saya bekerja di sini selama 35 tahun," kata Abdullah
Seebelumnya pabrik ini adalah tempat bagi 1.500 orang dengan pekerjaan di kota Amran.
Namun pabrik itu ditargetkan oleh beberapa serangan udara pada tahun 2016.
Lima belas rekan kerja Abdullah tewas dalam serangan itu.
4. Pria bernama Ahmed yang melarikan diri dar perang
Ahmed, pria berusia 39 tahun, dan putranya Ali yangb berusia 6 tahun, terpaksa melarikan diri bersama anggota keluarga mereka yang lain dari Taizz ke Sana'a.
Ahmed dulunya seorang petani dan hidup layak karena menjual sayuran, namun mereka terpaksa harus melarikan diri dari peran.
"Saya ingin anak-anak saya pergi ke sekolah, diberi makan dan memiliki kesehatan yang baik," kata Ahmed.