Find Us On Social Media :

Thailand Dianggap 'Surganya' Ladyboy, Padahal Ini Sebenarnya Yang Mereka Alami Di Sana

By Masrurroh Ummu Kulsum, Minggu, 16 September 2018 | 17:15 WIB

Intisari-Online.com – Thailand dianggap sebagai negara di Asia yang paling toleran terhadap kaum LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan interseks), tapi tidak sepenuhnya seperti itu.

Sementara Bangkok sering masuk daftar tujuan wisata ramah gay, aktivis di negara itu mengatakan komunitas gay justru menderita di sana.

Bukan hanya soal pengakuan di mata hukum tetapi juga masyarakat yang mendeskriminasi mereka.

Hal ini diungkapkan oleh Kath Khangpiboon, seperti dikutip dari Scmp.com:

Baca Juga : Bukan Ladyboy, Model Cantik Asal Thailand Ini Bangga Punya Pacar Sopir Taksi dengan Gaji Rp200 Ribu per Bulan

“Di luar negeri Anda mungkin berpikir bahwa di Thailand ada ruang yang sangat terbuka untuk mengekspresikan identitas gender Anda jika Anda LGBTI. Tetapi kenyataannya, sangat sulit untuk mengungkapkan identitas kami karena kami tidak memiliki dukungan hukum."

Kath sendiri pada tahun 2015 kehilangan pekerjaannya sebagai dosen di Thammasat University setelah isu seputar identitas gendernya dibesarkan oleh komite universitas.

Hukum Thailand tidak banyak melindungi komunitas LGBTI dari diskriminasi.

Perkawinan sesama jenis tidak diakui di sana, dan transgender tidak dapat mengubah jenis kelamin mereka pada KTP dan dokumen resmi lainnya.

Ini juga termasuk dalam pekerjaan, menjadi pengacara, dokter atau pekerja sosial adalah sulit sementara mereka terbatas pada pekerjaan di industri hiburan, kata Kath.

"Banyak organisasi atau perusahaan tidak menerima transgender ... karena mereka bias dan mereka tidak melihat kemampuan yang dimiliki orang transgender," katanya.

Sebuah laporan Bank Dunia yang dirilis pada Maret 2018 lalu, juga menemukan diskriminasi LGBTI di Thailand tidak hanya dalam hal pekerjaan melainkan juga dalam mengakses pendidikan, kesehatan, membeli/menyewa properti, serta perlindungan hukum.

Bahkan jika seseorang telah melakukan operasi pergantian jenis kelamin, identitas serta dokumen-dokumen resmi lainnya tetap mencantum jenis kelamin saat dilahirkan.