Find Us On Social Media :

Kekerasan adalah Penghambat Tumbuh-Kembang Bangsa, Bisakah Indonesia Mengatasinya?

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 16 September 2018 | 12:30 WIB

Mengatasi inti kekerasan  berarti mengembangkan sikap dan kebiasaan bertindak baru, dilandasi kesadaran semua insan di dunia ini - tak peduli latar belakang sosial, ekonomi, keyakinan, agama, politik. budaya, suku, ras – adalah sederajat.

Tidak ada yang paling benar, paling salah, mutlak benar, atau mutlak salah.

Baca Juga : Perangi Kekerasan, Pornografi, dan Bullying, Prancis Larang Siswa Bawa Ponsel ke Sekolah

Karena keanekaragaman yang ada di dalam kehidupan ini tidak bakal mungkin bisa ditiadakan, atau diseragamkan dengan cara apa pun.

Ketika keanekaragaman itu diterima dan dikelola dengan kesadaran dan keyakinan akan kesederajatan manusia, tanpa peduli latar belakangnya, ia akan menjadi sumber kekuatan tumbuh-kembang yang luar biasa dahsyat.

Kekuatan tumbuh-kembang hanya lahir dari kerjasama harmonis antara seluruh warga bangsa yang satu sama lain berbeda-beda, namun menyadari dan memandang satu sama lain sebagai insan sederajat yang tidak boleh dan lidak perlu saling menghakimi.

Kekuatan itu tidak akan muncul efektif jika kehidupan bangsa terus disibukkan dan disedot energinya oleh tetek bengek kekerasan.

Baca Juga : Ingat Kasus Kekerasan terhadap Etnis Rohingya? Wartawan yang Menyelidiki Kasus Itu Kini Bernasib Malang

Sekian lama berkutat dalam kesibukan yang diciptakan oleh penghambat-penghambat tumbuh-kembang itu, bangsa ini harusnya menyadari perlunya mengubah tata pandang, sehingga bisa bergerak efektif mengejar ketertinggalan.

Mengubah tata pandang berarti membuang wawasan picik yang membenarkan atau meninggikan diri sendiri secara mutlak dan menyalahkan atau merendahkan orang lain.

Wawasan picik itu diganti dengan wawasan inklusif pluralistik, toleran, kreatif, egalitarian, nirkekerasan, yang menempatkan diri sendiri dan orang lain dalam kesederajatan, tanpa peduli pada latar belakang sosial, ekonomi, budaya, agama, politik, suku, ras yang memang selalu berbeda-beda.

Sebagai bangsa yang dalam sejarahnya pernah mendapat tempat terpandang di mata dunia, seharusnya kita bisa melakukannya.

Baca Juga : Dikenal Anti Kekerasan, Siapa Sangka Ternyata Gandhi Dulunya Sersan Mayor Angkatan Darat Inggris