Find Us On Social Media :

Kekerasan adalah Penghambat Tumbuh-Kembang Bangsa, Bisakah Indonesia Mengatasinya?

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 16 September 2018 | 12:30 WIB

Intisari-Online.com – Dari beragam peristiwa yang belakangan direkam media massa, tampak kita masih terlalu sibuk mengurusi penghambat tumbuh-kembangnya bangsa ini.

Terutama kekerasan yang memunculkan diri dalam varian-varian korupsi, penindasan kelompok kuat terhadap kelompok yang lemah, dan sikap serta tindakan mau menang sendiri.

Mari kita simak tulisan seorang psikiater di Malang, dr. Limas Sutanto SpKJ, seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 2006.

Semua penghambat itu menyita waktu, energi, dan sumberdaya kita. Akibatnya, dalam diri ini hanya tersisa sedikit waktu dan sumberdaya untuk bertumbuh-kembang.

Tak heran jika tumbuh-kembang bangsa kita jadi terseok-seok, tertinggal jauh oleh  bangsa-bangsa lain.

Baca Juga : Aktivis Anti Kekerasan Munir Thalib Ternyata Ketularan Suka Musik Klasik Gara-gara si Kecil

Inti kekerasan adalah pembenaran mutlak diri sendiri disertai penyalahan mutlak orang lain, atau peninggian mutlak diri sendiri disertai perendahan mutlak orang lain.

Diri sendiri dinobatkan sebagai paling benar, paling tinggi, boleh berbuat apa saja terhadap orang lain, kendati itu merugikan, menyakiti, melukai, membahayakan, bahkan mematikan orang lain.

Inti kekerasan itulah yang membuat pejabat negara melakukan korupsi. Si pejabat negara menobatkan diri sebagai paling benar dan paling tinggi, sehingga dalam posisi itu dia boleh merugikan rakyat.

Inti kekerasan itu jugalah yang menjadikan teroris tega membunuh sesama manusia. Si teroris merasakan dirinya paling benar di hadapan orang-orang lain yang dianggap paling salah, sehingga sah-sah saja orang lain itu dimusnahkan.

Baca Juga : Perangi Kekerasan, Pornografi, dan Bullying, Prancis Larang Siswa Bawa Ponsel ke Sekolah

Inti kekerasan itu juga yang menjadikan kelompok yang satu menuding kelompok lain sebagai "jahat", "sesat", atau "keliru".

Kapankah bangsa Indonesia akan sungguh menyadari, bahwa inti kekerasan itu sangat perlu diatasi dan tidak dibiarkan menguasai jiwa?