Find Us On Social Media :

1,4 Miliar Orang di Dunia Berisiko Idap Penyakit Mematikan Karena Meremehkan Hal Ini

By Masrurroh Ummu Kulsum, Minggu, 9 September 2018 | 16:30 WIB

Intisari-Online.com – Peneltian yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO), menemukan penyebab sebenarnya mengapa banyak orang berisiko lebih tinggi untuk mengidap berbagai penyakit.

Lebih dari 1,4 miliar orang dewasa menempatkan diri pada risiko tinggi penyakit mematikan karena tidak cukup melakukan olahraga, dokter memperingatkan.

Ini kaena aktivitas global dan meningkatnya tingkat kenyamanan serta gaya hidup sedentary yang membuat orang kurang melakukan aktifitas fisik.

Pelitian dari WHO menemukan sepertiga dari wanita dan seperempat pria di seluruh dunia berisiko mengalami kondisi penyakit mematikan seperti penyakit jantung, diabetes dan kanker.

Baca Juga : Jangan Anggap Sepele, 10 Penyakit Mematikan Ini Bisa Membunuhmu Hanya dalam Waktu Kurang dari 24 Jam

Penyakit-penyakit yang dapat dihindari dengan olahraga pada gaya hidup mereka sehari-hari.

Aktivitas fisik yang tidak mencukupi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit tidak menular, dan memiliki efek negatif pada kesehatan mental dan kualitas hidup!

Melalui penelitian ini para peneliti menemukan orang dewasa setidaknya harus melakukan latihan “intensitas sedang” selama 150 menit seperti jalan cepat, berenang atau bersepeda setiap minggu.

Bisa juga menghabiskan sekitar 75 menit untuk melakukan aktivitas “intensitas kuat” seperti berlari.

Penelitian ini telah melacak tingkat aktivitas 1,9 juta orang di 168 negara di seluruh dunia sejak 2016.

Peneliti menemukan tidak ada peningkatan dalam tingkat aktivitas fisik sejak tahun 2001, meskipun banyak inisiatif kesehatan masyarakat memuji manfaat dari latihan.

Lebih dari seperempat orang dewasa di dunia (1,4 miliar orang) tidak cukup aktif, menurut data.

“Seperti negara-negara urbanisasi, orang-orang yang dulunya, katakanlah, petani, dan mendapat banyak aktivitas fisik melalui pekerjaan mereka, tiba-tiba hidup di lingkungan perkotaan di mana mereka mungkin tidak bekerja atau pindah ke pekerjaan yang tidak aktif, sehingga masyarakat perlu untuk mengkompensasi, ”kata Regina Guthold penulis utama pada penelitian WHO ini.