Penulis
Intisari-Online.com- Pada 12 Agustus 1953, Uni Soviet meledakkan bom nuklir model Sakharov di tempat pengujian Kazakh.
Amerika kemudian menamai bom itu sebagai "Joe-4" karena itu adalah ledakan nuklir Soviet ke-4.
Joe-4 adalah bom termonuklir sejati yang meledak di menara tetapi mampu dibawa oleh pesawat.
Menurut laporan, bom itu memiliki massa ledak dari 200 hingga 400 kiloton.
Baca Juga : Melintas di Kawasan Arktik, 2 Pesawat Pembom Rusia Dicegat Jet Tempur AS
Para ilmuwan Los Alamos yang mempelajari puing-puing "Joe-4" menemukan bahwa ledakan itu memiliki beberapa lapisan yang mengandung lithium-6 deuteride dan lithium tritide untuk menghasilkan neutron tambahan selama ledakan.
Sementara lapisan lain mengandung uranium-238.
Penggunaan lithium-6 dan bom termonuklir ini mendahului teknologi Amerika.
Fakta itu memberi Soviet keyakinan bahwa masa depan pengembangan bom hidrogen mereka mungkin akan mendatangkan hasil yang menakjubkan.
Baca Juga : Ingat Gadis yang Didorong dari Atas Jembatan oleh Temannya? Pelaku Mohon Ampun dan Tidak Mau Dipenjara!
Di antara fisikawan Soviet yang mengeksekusi perhitungan matematis bom adalah Lev Landau.
Dia menghitung dinamika bom dengan sangat baik sehingga mampu memprediksi hasil dengan akurasi yang kemudian melampaui kemampuan AS.
Pada tahun 1938, Landau telah menghabiskan satu tahun di penjara Soviet untuk memimpin sebuah organisasi kontra-revolusioner.
Meskipun dia tidak ingin membantu mengembangkan bom hidrogen karena anti kekerasan, dia dihantui oleh ancaman penjara atau lebih buruk.
Baca Juga : Perang Dagang AS-China: Beijing Janji Balas Jika Trump Naikkan Tarif Produk China
Ketika Stalin meninggal pada tahun 1953, Landau berhenti dari program nuklir Soviet.
"Joe-4" menciptakan kekhawatiran pada pemerintah AS dan militer karena, tidak seperti "Mike," perangkat Soviet adalah senjata yang dapat dikirimkan.
Hal itu adalah sesuatu yang belum dimiliki oleh AS.
Perangkat ini, bagaimanapun, bisa dibilang bukan bom hidrogen "benar", dan hanya bisa mencapai hasil eksplosif dalam ratusan kiloton.
Namun, ini adalah alat propaganda yang kuat untuk Uni Soviet, dan perbedaan teknisnya cukup obyektif bagi publik dan politisi Amerika.
Setelah ledakan "Mike" yang kurang dari satu tahun terjadi, "Joe-4" tampaknya memvalidasi klaim bahwa bom itu tak terelakkan dan membela mereka yang telah mendukung pengembangan program fusi.
Baca Juga : Indonesia Sempat Getarkan Dunia Karena Hampir Ciptakan Bom Nuklir Sendiri, Amerika Sampai Ketar-ketir