Find Us On Social Media :

Inggris Pernah Hampir Serang Semua Pangkalan Militer TNI, Bisakah Indonesia Bertahan?

By intisari-online, Sabtu, 8 September 2018 | 16:55 WIB

Intisari-online.com - September 1964, ketegangan antara Indonesia dengan Inggris sangat tinggi melebihi pertempuran 10 November 1945 Surabaya.

Hal ini tak lain dipicu karena konfrontasi yang terjadi antara Indonesia dengan persemakmuran Inggris di Asia Tenggara, Malaysia.

Terlebih pihak Inggris juga menilai diresmikannya Dwikora pada 3 Mei 1963 oleh Soekarno dan penyusupan para gerilyawan Indonesia ke Kalimantan Utara saat itu merupakan sinyalemen perang.

Tak mau tinggal diam, pada 27 Agustus 1964 Inggris lantas melakukan 'Show of Force' dengan melayarkan kapal Induk HMS Victorious yang dikawal dua kapal destroyer dari Singapura menuju Australia melewati selat sunda tanpa izin.

Baca Juga : Mengapa Peringkat Kekuatan Militer Israel Kerap Berada di Bawah Peringkat Kekuatan Militer Indonesia?

Aksi ini lantas membuat Menlu RI saat itu, Soebandrio mencak-mencak marah karena aksi 'Slonong Boy' tak permisi armada Inggris di selat sunda.

Pihak Indonesia juga menilai hal ini sebagai aksi pancingan agar pihak AURI atau ALRI menyerang armada Inggris dan menjadi alasan Inggris untuk berperang dengan Indonesia, persis seperti insiden Teluk Tonkin Vietnam.

Lantas pada tanggal 2 September 1964, Soebandrio memberikan ultimatum keras ke armada Inggris pimpinan HMS Victorious jangan coba-coba lagi lewat selat sunda saat perjalanan kembali ke Singapura atau akan tanggung konsekuensinya.

Ucapan Soebandrio bukan isapan jempol belaka, setelah pernyataan keras itu dilontarkan, armada Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) langsung menggelar latihan militer skala besar di Selat Sunda untuk menunjukkan seriusnya ultimatum tersebut.

Baca Juga : Untuk Pertama Kalinya, Inggris Buka Pangkalan Militer Permanen di Timur Tengah, Ini Lokasinya

Reaksi Inggris menanggapi hal ini acuh tak acuh, bahkan Admiral Louis Mounbatten (Paman dari Pangeran Charles) nekat berkata bahwa Inggris akan malu besar jika armada HMS Victorious pulang tak berani lewat selat sunda.

Ia berpendapat hal tersebut merupakan penghinaan martabat angkatan laut Inggris.

Tapi jawaban dari Louis Mounbatten itu mendapat reaksi negatif dari para perwira di AL Inggris (Royal Navy) sendiri.