Penulis
Intisari-Online.com – Kegagalan memang bisa bersifat positif apabila kita dapat menarik manfaat dari kegagalan itu.
Sebaliknya, akan menjadi negatif apabila dianggap palang pintu yang tidak dapat ditembus lagi, lalu membuat orang menyerah pada nasib.
(Baca juga:Mulai dari Pingsan Hingga Datangnya Tamu Tak Diundang, Inilah 5 Kisah Kegagalan Malam Pertama)
Agar kegagalan tidak menjadi momok mengerikan, berikut ini yang bisa dilakukan:
Bersikap positif terhadap kegagalan. Memandang suatu kegagalan sebagai peristiwa hidup yang harus dialami.
Kita siap untuk menerima kegagalan kapan saja dan dalam bentuk apa pun. Kegagalan bukanlah “virus” atau “monster” yang perlu ditakuti.
Mencari penyebab. Ada dua faktor utama penyebab kegagalan, yakni faktor internal dan eksternal.
Faktor internal, penyebab yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Mungkin saja kurang hati-hati dalam melakukan sesuatu atau karena menganggap sesuatu remeh, maka tidak dilakukan dengan sepenuh hati.
Dengan kebesaran jiwa dan kebesaran hati kita harus mengakui, diri kita sendirilah penyebab kegagalan itu. Faktor eksternal, penyebab di luar diri sendiri. Misalnya, persaingan dengan orang lain.
Melakukan identifikasi. Mengidentifikasi apa saja faktor-faktor penyebab kegagalan, kemudian mencoba mengatasinya.
Caranya, dengan mencatat hal-hal yang sering membuat kita gagal, apakah faktor internal atau eksternal. Mengatasi faktor internal tentu lebih sulit dibandingkan dengan faktor eksternal.
Melakukan evaluasi diri. Dengan mengevaluasi diri berarti kita berusaha mengakui kesalahan itu.
Mau mengevaluasi diri juga berarti kita bersikap dewasa dan bijaksana, karena berani bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan. Evaluasi diri sekaligus melatih untuk semakin mengerti tentang diri kita sendiri.
Menggali kekuatan diri. Gali potensi-potensi yang sangat mungkin untuk dikembangkan. Kita akan berhasil menginventarisasi potensi-potensi apabila terus berusaha mengenali kekuatan kita.
Mengenali kelemahan diri. Salah satu penyebab kegagalan adalah kelemahan dalam diri.
Kelemahan itu dianggap wajar. Mungkin karena kurang menguasai atau kurang mampu mengerjakannya. Meneliti kelemahan sendiri sebenarnya merupakan kesempatan untuk melakukan koreksi diri.
Sebaliknya, bila tidak mau mengakui kelemahan, seolah-olah kita hidup dalam dunia maya, karena tidak akan pernah melihat diri kita yang sebenarnya.
(Baca juga:Empat Kunci Sukses Berwirausaha di 2017)
Melihat peluang. Peluang dapat diperoleh apabila mau belajar dari kegagalan itu sendiri serta mampu menyiasati hal-hal yang membuat kita gagal.
Yang kita alami bukanlah suatu ancaman bagi kehidupan, melainkan kesempatan untuk mengubah hidup kita menjadi lebih efektif.
Trial and errror. Bahwa kita ingin mengubah kegagalan menjadi kesuksesan, kita mau dan harus berani mencoba kembali kegagalan itu.
Sebelum mencoba lagi, hendaknya dipikirkan masak-masak langkan yang akan ditempuh. Kalaupun terjadi kesalahan kembali, jangan segan-segan melakukan revisi dan mencoba kembali sampai akhirnya berhasil mengatasinya.
Kuncinya adalah ketekunan dan sikap pantang menyerah dalam uji coba mengatasi kegagalan.