Find Us On Social Media :

Jangan Salah Arti, di Jepang Mengangguk Ramah Bisa Berarti ‘Tidak’

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 8 September 2018 | 14:30 WIB

Intisari-Online.com – Seseorang yang tahu sifat orang Jepang memberi tip kepada kaum bisnis asing yang harus berurusan dengan orang Jepang. Sarannya: Sabarlah.

Kartu nama merupakan sesuatu yang mutlak perlu dan oleh-oleh khas dari negara sendiri akan membantu. Barangsiapa yang berpegang teguh pada apa yang tersurat dalam perjanjian tidak akan berhasil. Yang penting ialah Kimochi, suasana menyenangkan yang menjaga hubungan baik.

Untuk orang bisnis dari Barat terbang ke Jepang merupakan suatu keharusan. Dalam koper ia perlu membawa beberapa petunjuk penting bagaimana harus menghadapi orang Jepang.

Tanpa persiapan yang baik terbang ke Jepang untuk hubungan bisnis hanya untung-untungan saja. Orang Jepang agak curiga terhadap orang asing yang hanya menulis surat. Jarang mereka memberi reaksi.

Baca Juga : Jepang Dilanda Topan Dahsyat, Ini Bedanya Badai, Siklon, Topan, dan Tornado

Lebih baik kalau Anda mencari teman atau kenalan Jepang lebih dulu untuk memperkenalkan Anda. Atau mencari titik hubungan kesamaan kalau tidak ada yang bisa memberi introduksi.

Setelah kontak pertama dibuat sebaiknya dibuat rencana perjalanan yang tepat, dengan jadwal dan tujuankunjungan. Partner di Jepang harus dikirimi jadwal itu pada waktunya. Soalnya manager Jepang juga sering keluar dan program kerjanya padat.

Hadiah-hadiah kecil sebagai oleh-oleh menurut kebiasaan Jepang kuno bisa merupakan tanda persahabatan. Yang paling disukai ialah oleh-oleh khas dari negara tamu seperti misalnya perhiasan, bordiran, bahan kulit atau anggur dari daerah tamu.

Yang mutlak perlu ialah kartu  nama. Tanpa kartu itu Anda tidak ada artinya. Kartu itu ditukar dimana-mana. Jumlah yang dipakai bukan main. Kalau bisa kartu itu dibuat menurut ukuran kecil normal, dilipat dobel: Di satu sisi sebaiknya ditulis nama dan jabatan dalam huruf latin dan di belakangnya data yang sama dalam huruf Jepang. Gelar dan titel harus ada.

Baca Juga : Siapa Sangka Dulu Kartu Nama Mirip Buku Tamu yang Disusun Seperti Katalog

Jangan kaget bila disambut "rombongan"

Kalau mengadakan perundingan dengan orang Jepang, maka tamu jangan kaget melihat jumlah orang yang mengelilingi tuan rumah. Itu memang sudah tradisi. Orang besar harus dikelilingi banyak orang.

Alasan utama banyaknya pendamping itu ialah karena menurut peraturan Jepang tanggung jawab dan keputusan harus diambil secara kolektif.

Yang juga menimbulkan kepusingan bagi orang bisnis asing ialah untuk menerobos hierarki perusahaan Jepang. Sering diperlukan diskusi berhari-hari kalau ternyata orang yang dihubungi pertama bukan orang yang tepat yang bisa membuat keputusan.  Dalam hal itu jangan cepat putus asa.

Juga tidak benar untuk menunjukkan  rasa kurang sabar kalau pembicaraan tidak ada habisnya. Untuk berunding di Jepang orang memerlukan banyak waktu. Menurut kebiasaan kuno pertanyaan sulit harus dilihat dari banyak sudut dan dibicarakan beberapa kali.

Baca Juga : Hei Kaum Muda, Ingin Memulai Bisnis? Ini Pesan Jokowi Untuk Anda

Percakapan yang diulangi lagi bukan jarang terjadi. Problem secara intuitif dilihat bersama dulu, dibicarakan panjang lebar sebelum diambil keputusan bersama.

Pada semua pembicaraan dengan orang Jepang, suasana baik atau Kimochi sangat penting. Yang disebut Kimochi ialah keadaan menyenangkan (nikmat) yang menjaga simpati, hubungan baik dan akan memperlicin jalan ke arah sukses.

Kimochi menjamin kesetiaan dan kejujuran lebih besar dari perjanjian tertulis. Terlalu banyak menggantungkan diri pada tulisan dan kurang memperhatikan hubungan pribadi bisa merusak hubungan bisnis.

Demi suasana baik sebaiknya dijaga agar partner Jepang jangan sampai kehilangan muka, karena ini akan merupakan aib besar bagi mereka. Karena itu dianjurkan supaya sesuatu yang kurang enak dirumuskan demikian rupa sehingga tidak ada yang kehilangan muka.

Baca Juga : 'Jenglot' Asal Jepang ini Bernama Okiku, Rambutnya Bisa Bertambah Panjang Tiap Tahun

Kalau seorang Jepang tidak yakin suatu usaha akan berhasil, mereka tidak akan menolak segera tetapi memetieskan diam-diam. Atau dicari cara-cara untuk memutuskan pembicaraan secara halus.

Setuju tetapi ….

Orang Jepang juga tidak akan mengatakan "tidak" secara tegas. Mereka selalu mengangguk ramah: "Ya, saya setuju tetapi biarpun kenyataan sering lain."

Atau dengan senyum manis mengatakan: Saran Anda menarik kami, tetapi kami memerlukan lebih banyak waktu untuk memberi kepastian. Terang-terangan menolak jarang dilakukan orang Jepang.

Banyak orang asing keliru kalau mereka mengira bahwa dengan banyak argumen mereka akan berhasil. Justru orang yang sok tahu akan kembali dengan tangan kosong.

Baca Juga : Wanita Jepang Lebih Suka Punya Pacar Pria Indonesia, Ini 10 Fakta tentang Wanita Jepang

Sering saat penentu dari perundingan tidak dibuat selama pembicaraan resmi, tetapi dalam suasana bebas di bar atau restoran khas Jepang kalau sudah banyak sake atau whisky dihabiskan.

Kalau belenggu tata cara pergaulan sudah lebih longgar dan hubungan menjadi lebih akrab, lebih mudah diambil keputusan daripada diskusi berhari-hari.

Orang Jepang menghargai kalau suatu hasil dirayakan dengan cocktail party, resepsi atau pesta lain. Untuk menghormati tamu, orang Jepang suka mengundang tamu asingnya makan bersama, ke teater atau ke kelab malam.

Tamu juga harus mengundang kembali kalau ingin sukses dan pengeluaran itu harus dikalkulasi dalam ongkos perjalanan. (Fred de la Troble — Die Welt).

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi September 1979)

Baca Juga : Dari Piala Dunia, Asian Games, Hingga Ibadah Haji, Aksi Bersih-bersih Orang Jepang Benar-benar Patut Diteladani