Penulis
Intisari-Online.com -Salah satu kejayaan Nazi Jerman sewaktu berhasil melancarkan serangan kilat blitzkrieg pada awal PD II adalah pesawat tempur andalan AU Nazi (Luftwaffe) pembom tukik (dive bomber) Stuka Ju 87.
Sebelum Stuka Ju 87 dioperasikan sebagai pesawat tempur andalan oleh Nazi, pesawat rancangan Hans Pohlmann itu sempat mengalami proses yang unik.
(Baca juga:Tragis, Ternyata Masih Banyak Orang yang Membenci Dirinya Sendiri, Ini Sebabnya)
Keunikan pertama Stuka yang diterbangkan pertama kali pada tahun 1935 berlangsung ketika Jerman masih dibatasi oleh perjanjian Versailles Treaty yang salah satu poinnya adalah melarang Jerman memiliki alat perang, khususnya pesawat tempur dan tank.
Tapi Jerman ternyata berhasil mengakali Versailles Treaty dan secara diam-diam terus memproduksi Stuka di Swedia.
Sewaktu Stuka sudah siap terbang secara diam-diam dan rahasia pula Stuka dikirim ke Jerman.
Keunikan kedua, pada saat dirancang pada tahun 1933 melalui program Sturbomber Programm, mesin yang digunakan Stuka adalah Rolls Royce Kestrel buatan Inggris.
Ironisnya pada tahun 1940 ketika Lutfwaffe mengerahkan serangan udara besar-besaran ke Inggris, Stuka menjadi pesawat pembom tukik paling mematikan bagi sejumlah pangkalan udara yang tersebar di Inggris.
Video Stuka Ju 87
Akibat bombardemen senjata makan tuan itu, selain fasilitas pangkalan udara yang hancur puluhan pesawat tempur RAF yang berada di darat juga mengalami kerusakan parah.
Produksi dan pengembangan pesawat Stuka Ju87 yang semula diam-diam menjadi semakin terang-terangan ketika Partai Nazi makin berkuasa di Jerman.
Perintah untuk memproduksi Stuka oleh industri Jerman, Junkers, yang nantinya akan menjadi pesawat pembom andalan bahkan diberikan langsung oleh Menteri Penerbangan Nazi, Reichsluftfahrtministerum (RLM).
Pada 1936,setelah Stuka 87 yang sedang dites terbang mengalami kecelakaan akibat masalah mesin, solusi untuk mengganti mesin pun dilaksanakan RLM.
Sejumlah tipe mesin yang kemudian dipakai Stuka sesuai ijin RLM antara lain Jumo 210A dan Jumo 210G.
(Baca juga:Kita Bisa Mencontoh Mereka, Banyak Tokoh Dunia Mencari Kesempurnaan Moral dengan Puasa)
Namun atas saran teknisi Junkers, Ernst Zindel, untuk menjadi andalan pembom tukik Luftwaffe, Stuka harus menggunakan mesin lebih canggih buatan pabrik lain, Heinkel He 118.
RLM pun menyetujui penggunaan mesin He 118 tapi sewaktu dilaksanakan uji terbang oleh pilot kawakan Jerman, Ernst Udet, Stuka bermesin Heinkel He 118 ternyata bermasalah sehingga Stuka Ju 87 tetap menggunakan mesin Jumo 210 G.