Find Us On Social Media :

Ternyata Teori Evolusi 600 Tahun Lebih Tua Dibanding Charles Darwin, dan Penemunya adalah Seorang Muslim

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 3 Juni 2017 | 18:20 WIB

Nasiruddin Tusi, penemu teori evolusi jauh sebelum Charles Darwin

Nasir al-Din Tusi (Nasiruddin Tusi) adalah seorang jenius dari Persia. Ia mahir di bidang arsitek, astronomi, biologi, kimia, matematika, filsafat, kedokteran, fisikawan, teolog, dan seorang pengikut Murjiah.

Dan yang paling penting, ia telah menemukan teori evolusi, 600 tahun lebih dulu dibanding Charles Darwin yang dianggap sebagai Bapak Teori Evolusi.

(Baca juga: Sekian Lama Berdiri Gagah di Tengah Jalan Tol, Rumah Mewah Milik Juragan Warteg Itu Akhirnya Dibongkar Juga)

Lahir di Tus, Khurosan, pada 18 Februari 1201, Tusi adalah seorang Ismailiyah, mazhab dengan penganut terbesar kedua dalam Syiah setelah Dua Belas Imam (Itsna ‘Asyariah).

Cendikiawan muslim terkemuka Ibn Khaldun (1332-1406) menyebutnya sebagai cendikiawan terakhir yang pernah dilahirkan oleh Persia.

Tusi menghasilkan sekitar 150 karya, 25 di antaranya berbahasa Persia dan sisanya berhasa Arab—ada satu risalah yang memuat tiga bahasa sekaligus: Arab, Persia, dan Turki.

Selama tinggal di Nishapur, Tusi membangun reputasinya sebagai sarjana yang luar biasa. Prosa-prosa Tusi menjadi salah satu koleksi terbesar yang pernah dihasilkan oleh seorang muslim.

Tak sekadar membahasa ilmu-ilmu agama, Tusi, dalam bahasa Arab, juga membahasa hal-hal yang sifatnya sekuler. Karya-karyanya adalah versi bahasa Arab dari karya-karya Euclid, Archimedes, Ptolemy, Autolycus, dan Theodosius dari Inggris.

Dalam bukunya Akhlaq-i-Nasri, Tusi mengajukan teori dasar evolusi spesies hampir 600 tahun lebih tua sebelum Charles Darwin lahir. Ia memulai teorinya dengan alam semesta yang terdiri atas elemen-elemen yang sama dan serupa.

(Baca juga: Meski Dilarang di Dunia, Bom ‘Biadab’ Ini Ternyata Pernah Dibuat oleh Indonesia)

Menurut Tusi, kontradiksi internal mulai muncul, dan akibatnya, beberapa zat mulai berkembang lebih cepat dan berbeda dari zat lainnya.

Ia kemudian menjelaskan bagaimana unsur-unsur tersebut berkembang menjadi mineral, kemudian tanaman, kemudian hewan, dan kemudian manusia. Tusi kemudian menjelaskan bagaimana variabilitas herediter merupakan faktor penting evolusi biologis makhluk hidup.