Find Us On Social Media :

Tradisi Hukuman Pancung Memang Mengerikan, Tapi Mengapa Masih Dipraktikkan di Sejumlah Negara?

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 27 Mei 2017 | 19:00 WIB

Hukuman pancung, meski mengerikan nyatanya masih banyak dipraktikkan.

Dalam misi tempur untuk menaikkan moral tempur pasukan AS dan sekaligus mengejutkan pemerintah Jepang pasca digempurnya Pearl Harbour, para penerbang AS juga pernah menyerang Jepang (Doollittle Raid/18-4-1942) dan berakibat pada aksi pemenggalan kepala.

Pilot-pilot AS yang pesawatnya jatuh di Jepang dan tertangkap kemudian dieksekusi dengan dipenggal kepalanya  serta disaksikan oleh publik.

(Baca juga: Puasa kok Tambah Gemuk? Bisa Jadi Kebiasaan Makan Kita Salah!)

Di Indonesia sendiri pernah terjadi kerusuhan di daerah Kalimantan (Sampit) yang diwarnai oleh aksi pemenggalan kepala.

 Apalagi suku bersangkutan yang bertarung dengan cara memenggal kepala itu juga punya tradisi (kuno) mengayau.

Yakni berburu kepala manusia untuk memperoleh status tertentu baik secara spiritual maupun karena faktor menonjolkan kejantanannya.

Dalam pertempuran sengit di Mogadishu tahun 1993 (Somalia/Black Hawk Dawn) pasukan AS yang tertawan atau tewas jasadnya juga dibakar, dimutilasi, kepalanya dipenggal dan kemudian diarak oleh warga yang kalap sebagai simbol kemenangan.

Bahasa "pasukan sedang mancing" dan pulang membawa kepala manusia juga menjadi bahasa yang biasa ketika pasukan TNI Polri bertempur di Timor-Timur.

Sniper Tatang Koswara di usia pensiunnya bahkan sering ditanya oleh para senior atau koleganya dengan kata-kata: "Berapa kepala yang sudah kamu jatuhkan, Tang?" Dan Tatang hanya bisa menjawab dengan tertawa.

Kepala memang simbol kehormatan bagi manusia. Maka aksi pemenggalan kepala demi tujuan aksi teror memang sangat mengguncangkan karena kemanusiaan terhadap seorang manusia telah dicampakkan.

(Baca juga: Resep Berbuka Puasa Hari Ini: Es Kelapa Muda Isi)

Aksi pemenggalan kepala dengan alasan apapun seharusnya tidak terjadi ladi di bumi NKRI berlandaskan Pancasila ini.

Pasalnya seperti aksi teroris, ISIS hingga sampai memenggal kepala warga sipil yang tak bersalah, hanyalah aksi meniru sebuah kebiadaban tanpas dasar.