Find Us On Social Media :

Inilah Te Wairoa: Sebuah Desa Unik yang Terkubur di Bawah Abu Vulkanik

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 2 September 2018 | 12:45 WIB

Intisari-Online.com- Desa Te Wairoa awalnya didirikan oleh misionaris Kristen pada 1848 hingga akhirnya terkubur karena letusan gunung berapi.

Gunung berapi Tarawera mengubur desa unik ini dan menjadikannya puing-puing vulkanik yang bertahan hingga 40 tahun.

Keunikan desa ini adalah dibangun seperti whares (tempat tinggal sederhana) berhiaskan taman-taman berpagar seperti di pedesaan Inggris.

Foto-foto awal, serta temuan arkeologi menunjukkan perkembangan desa menjadi kombinasi yang luar biasa dari pemukiman tradisional Maori dan Inggris.

Baca Juga: Isabel, Si Gadis Ayam yang Dikurung Ibunya dalam Kandang Sejak Bayi

Hal itu juga mengakibatkan pencampuran ciri-ciri arsitektural dari dua kebudayaan.

Sebelum letusan pada 1886 terjadi, pada 1852 di desa ini didirikan sebuah sekolahan.

Selain itu, Pendeta Spencer, misionaris Kristen juga memperkenalkan gandum ke lembah Te Wairoa dan penggilingan tepung didirikan di samping Aliran Te Wairoa pada tahun 1857.

Gereja Te Mu juga didirikan dan selesai pada 1862.

Baca Juga: Punya Garis Tangan Langka Berbentuk M? Ternyata Ada 'Makna Khusus' tentang Diri Anda di Baliknya

Dari 1865 hingga 1870, banyak sengketa tanah antara Maori terjadi.

Akibatnya, Maori lokal mundur kembali ke Kariri Point dan Spencer meninggalkan Te Wairoa pada tahun 1870 untuk bersama keluarganya.

Pada 1886, Te Wairoa sudah menjadi objek wisata yang populer dengan hotel-hotel dan jalan-jalan yang mengarah pada sebuah wisata alam yang indah.

Namun, pada tengah malam tanggal 10 Juni, rakyat Te Wairoa dibangunkan oleh serangkaian gempa bumi kecil.

Baca Juga: Jack Ma Nonton Penutupan Asian Games, Begini Cara Kaya Raya Ala Pria yang Pernah Ditolak KFC Ini

Tak selesai di situ, gempa bumi yang jauh lebih besar juga mengikuti dengan akhirnya ledakan besar-besaran.

Selama lebih dari empat jam, batu, abu dan lumpur terus-terusan membombardir desa.

Desa Te Wairoa pun terkubur di bawah lapisan lumpur setinggi 121cm.

Letusan itu telah memakan korban jiwa sebanyak 153 orang dan menjadi bencana alam terbesar Selandia Baru.

Baca Juga: Sedang Pidato, Najib Razak Diingatkan Istrinya: 'Jangan Banyak Bicara Nanti Dipanggil Polisi Lagi'

Selama bertahun-tahun setelah letusan, rumah-rumah orang Maori yagn disebut Hinemihi ditemukan mengeras.

Namun bangunan yang ditemukan ini,pada akhirnya dijual ke Gubernur Jenderal Selandia Baru dan dikirim ke Inggris untuk ditempatkan di Taman Clandon, Surrey.

Usai bencana, tata ruang desa Te Wairoa mulai dibangun lagi pada 1906.

Situs itu kemudian dikembangkan oleh Keluarga Smith untuk dijadikan objek wisata.

Pada tahun 1999 sebuah museum pun ditambahkan yang dapat mengungkap bagaimana budaya Maori dan Eropa terintegrasi selama fase perkembangan sosial Selandia Baru ini.

Baca Juga: Ingin Pisahkan Qatar dari Daratan Arab, Arab Saudi Siapkan Dana Rp 11 Triliun