Find Us On Social Media :

Benarkah Menjadi Dokter Hanya Cita-cita Anak SD yang Sulit Diwujudkan?

By Ade Sulaeman, Rabu, 24 Mei 2017 | 12:00 WIB

Murid SDK Rehes

Intisari-Online.com – Saat berkunjung ke Sekolah Dasar Katolik (SDK) Rehes di kecamatan Borong, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, saya berbincang dengan para siswa di waktu istirahat.

Di pulau Flores, salah satu tanah timur Indonesia ini. Apakah cita-cita para anak sekolahnya?

(Baca juga: Bukan Guru Apalagi Dokter, Inilah Jawaban Kartini Kecil ketika Ditanya tentang Cita-cita)

“Kalau besar saya mau jadi guru,” salah satu siswi kelas 4 menjawab sambil mengerjakan soal Matematika di waktu istirahat.

Siswi lainnya menjawab ingin menjadi dokter. Teman-temannya langsung tertawa dan bercanda seakan itu hal yang tidak bisa dilakukan olehnya.

Selain pintar dalam ilmu faal, kita juga harus memiliki sejumlah uang dari ratusan juta hingga milliar rupiah untuk menamatkan gelar dokter hingga bisa prakterk. Itu pun belum termasuk sekolah spesialis.

(Baca juga: Ryousai Kenbo, Cita-cita Tertinggi Perempuan Jepang)

Pada kenyataannya dokter masih kurang banyak di Indonesia.

Menurut Wakil Ketua Dua Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia yaitu dr Ika Preasetya Wijaya SpPD, KV, FINASIM, FACP, FICA, sejak bulan November 2016 sekitar 1.000 hingga 1.500 dokter spesialis penyakit dalam dibutuhkan di Indonesia.

Itu baru penyakit dalam, belum spesialis lainnya.

Itu pun baru penyakit dalam, belum spesialis lainnya. Akan tetapi menurut Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Usman Sumantri di Mei 2016, bukan jumlah dokter yang kurang melainkan penyebaran tidak merata.

Kini dokter di Indonesia ada sekitar 110.720 orang dengan satu dokter dimaknai dapat melayani 2.270 penduduk. Asumsinya satu dokter dapat menangani 2.500 jadi kuota hampir terpenuhi. Sayangnya tenaga dokter umumnya terkumpul di kota besar dan provinsi tertentu sehingga tidak merata.