Find Us On Social Media :

Yuk, Belajar Cara Kreatif Mengurangi Kemacetan dari 6 Kota Modern Ini

By Moh Habib Asyhad, Senin, 8 Mei 2017 | 13:30 WIB

cara kreatif mengurangi kemacetan

Bahkan ekonomi sekumpulan orang bergantung pada kemacetan tersebut karena berjualan barang-barang kepada para pengendara mobil dan motor.

Akhirnya pada tahun 2002 pemerintahan kota Seoul mulai merombak jalan raya tersebut.

Tertimbun aspal dan kemacetan, sebuah arus sungai dapat ditemukan. Nah, dengan menghancurkan salah satu jalur utama di jantung kota besar maka logikanya tempat tersebut akan lebih macet.

Betul, Cheonggyecheon menjadi macet sekali saat akhirnya hanya memberikan dua jalur pada setiap arah dengan sungai berada persis di tengah.

Akan tetapi lambat laun kemacetan ternyata berkurang dengan drastis.

Kuncinya dapat terjadi karena paradoks Braess, sebuah teori yang mengatakan bahwa penambahan rute dalam jaringan transportasi hanya meningkatkan waktu perjalanan orang yang berkendara secara individual.

Teori yang ditemukan tahun 1968 oleh Dietrich Braess ini mengatakan apabila kita memberikan ruang untuk lebih egois maka masalah hanya akan kembali terbagi kemudian meluas.

(Baca juga: V Nanammal, Instruktur Yoga Tertua di India Berusia 98 Tahun yang Kuasai 20 Gerakan Yoga)

Perilaku yang membuat sebuah permasalahan tidak akan berubah apabila hanya menambahkan sesuatu.

Pada kasus ini kemacetan disebabkan oleh penggunaan mobil pribadi, dengan menambah jalan tidak akan menyelesaikan masalah karena tingkah laku pengendara masih sama.

Akhirnya pada tahun 2005 Cheonggyecheon kembali dibuka dan warga Seoul beradaptasi dengan mengambil rute lain bahkan menggunakan transportasi umum seperti bis dan kereta bawah tanah.

Penyesuaian dilakukan sehingga kemacetan berkurang, transportasi umum bertambah, dan lingkungan hijau telah berhasil menggantika wilayah yang tadinya penuh dengan asap dan kemacetan.