Find Us On Social Media :

Bekenalan dengan Sindhutai Sapkal, Ibu Asuh dari 1.400 Anak Yatim Piatu di India yang Dipersulit Pemerintahnya Sendiri

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 7 Mei 2017 | 15:00 WIB

Sinduthai Sapkal dan anak-anak di panti asuhannya

Intisari-Online.com – Di usianya yang ke-68, Sinduthai Sapkal sudah membesarkan 1.400 anak yatim piatu. Tidak hanya memberikan makanan dan tempat tinggal, Sapkal juga memberikan mereka keluarga yang sebenarnya.

Sapkal, dibanti anak kandungnya, Mamta, dan anak-anak angkatnya yang paling tua, menjalankan empat panti asuhan di Prune, India, dua untuk laki-laki dan dua untuk perempuan.

Anak-anak yang berada di panti asuhan Sapkal adalah anak-anak yang tidak diinginkan. Anak-anak yang tinggal di rel kereta, atau yang dibuang di tempat sampah.

(Baca juga: Bidan Muda Ini Arungi Lautan demi Menolong Ibu Hamil, Hanya Digaji Rp360 Ribu per Bulan)

Panti asuhan milik Sapkal pun tidak pernah sepi, anak-anaknya selalu saja bertambah.

Sapkal juga tidak membiarkan anak-anak ini diadopsi, dan tidak seperti panti asuhan pada umumnya, semua anak yang berusia lebih dari 18 tahun diperbolehkan tinggal di panti asuhan.

“Setelah berusia 18 tahun pun, anak-anak itu masih bersamaku. Aku bahkan membantu mereka menikah dan membina keluarga,” Ujar Sapkal. 

“Pemerintah mengatakan bahwa ketika anak berusia lebih dari 18 tahun, ia harus meninggalkan panti.

“Tapi hanya karena mereka berusia 18 tahun bukan berarti mereka sudah dewasa dan bijak. Sebenarnya itu adalah usia di mana mereka membutuhkan lebih banyak cinta dan dukungan, dimana mereka harus diberitahu soal bahaya kehidupan. Dan itulah yang aku lakukan. Aku memberikan mereka pengetahuan.

(Baca juga: 10 Kalimat Inspiratif Gus Mus yang Menggetarkan Jiwa)

“Hanya karena burung memiliki sayap, bukan berarti mereka bisa terbang," tandas Sapkal.

Keinginan Sapkal merawat anak-anak ini tumbuh karena kehidupan masa kecilnya yang sulit.

Ia harus berhenti sekolah di usia 9 tahun, dan tahun berikutnya, ia dinikahkan dengan pria berusia 20 tahun.

Sepuluh tahun kemudian, saat Sapkal hamil, ia dibuang oleh suaminya, dan semua orang, bahkan keluarganya tidak mau menampungnya.

Akhirnya, Sapkal harus melahirkan putrinya, Mamta, di kandang sapi.

Untuk menghidupi dirinya dan putrinya, Sapkal mulai mengamen dan meminta-minta di stasiun kereta.

Di saat-saat itulah ia bertemu dengan anak-anak seumurnya yang juga harus berjuang seperti dirinya.

Sapkal mulai membagi makanannya dan merawat anak-anak itu semampunya. Beberapa dari mereka akhirnya mulai mengikuti Sapkal, itulah awal mula keluarga besarnya yang sekarang ia miliki.

(Baca juga: Inggit Ganarsih, Kartini Terlupakan Di Belakang Soekarno)

Tapi karena kesulitan hidupnya, pada satu titik, Sapkal pernah memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

Namun di saat Sapkal sudah siap untuk mengakhiri hidupnya, ia melihat seorang pengemis yang meminta air.

Melihat hal itu, Sapkal berpikir, jika ia akan mati sekarang, akan lebih baik jika ia berbuat hal baik sebelumnya.

Ia pun memberikan air untuk pengemis yang ternyata sedang sakit demam, ia kemudian memberikan makanan pula untuk pengemis itu.

Ketika melihat pengemis itu berterima kasih, Sapkal menyadari bahwa ia harus hidup untuk orang lain.

Mulai dari sejak itu, Sapkal mulai merawat anak-anak yang dibuang dan tuna wisma, membagi makanan yang ia dapat dari mengemis dan mengamen.

Sapkal juga berpidato, dan berkeliling meminta donasi untuk “keluarga besarnya”.

(Baca juga: Berkenalan dengan Lech Walesa, Buruh Galangan Kapal yang Jadi Presiden Polandia)

Selama 40 tahun terakhir, itulah yang dilakukan oleh Sapkal, berkeliling desa, meminta donasi agar anak-anak adopsinya bisa memiliki hidup yang lebih baik.

Hingga akhirnya ia mampu membangun empat panti asuhan, dimana anak-anaknya tumbuh menjadi anggota masyarakat yang dihormati.

Prioritasnya adalah menjaga anak-anak asunya agar berada di jalan yang benar, juga memberikan mereka kasih sayang dan kepedulian layaknya keluarga.

Perjuangannya membesarkan 1.400 anak di panti asuhannya membuatnya mendapat julukan Mother of Orphans, ibu dari anak-anak yatim piatu. Sapkal juga mendapatkan berbagai penghargaan, bahkan sampai lebih dari 750 jumlahnya.

Sayangnya, pemerintah justru seperti tidak mendukung perjuangan Sapkal. Walaupun pernah mendapat penghargaan dari pemerintah pada 2010, sekarang pemerintah justru mengatakan kalau panti asuhan miliknya ilegal.

Sementara sejak 2011, Sapkal beserta anak-anaknya sudah berusaha mendaftarkan panti asuhannya, namun selalu ditolak dan dipersulit.

Walaupun begitu, Sapkal masih terus berkeliling India, menggalang dana, dan mengadopsi anak-anak terlantar yang ditemuinya.

“Aku adalah ibu untuk mereka yang tidak punya siapa-siapa. Aku mengasuh dan menjaga mereka, membesarkan mereka di jalur yang benar—dan disitulah kebahagiaanku berada.”