Find Us On Social Media :

Kini Diterpa Krisis Hebat, Dulu Venezuela 'Gudangnya' Ratu Kecantikan

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 24 Agustus 2018 | 17:00 WIB

Cahaya lampu neon, wangi parfum bercampur baur dengan udara pengap. Dinding-dinding, bercermin jelas memperlihatkan semangat besar para peserta untuk menguasai diri.

Pengajar retorik Gerardo di Loreto mempersilakan Miss Miranda untuk naik ke panggung di dalam ruangan. Dia mengajukan sejumlah pertanyaan yang kemungkinan diajukan oleh ke-60 juri dalam pemilihan nanti.

Baca juga: Mengerikan, Inilah Aksi Brutal Warga Venezuela saat Krisis Pangan Melanda Negara Mereka

Apa yang pertama-tama Anda lakukan seandainya jadi presiden? "Saya akan memusatkan perhatian pada masalah pendidikan."

Apa yang pertama-tama Anda lakukan bila diberi kesempatan selama 24 jam di atas panggung? "Menari dan bernyanyi." Bagaimana pendapat Anda mengenai homoseksual? "Hmm, ini masalah besar," ujarnya ragu.

"Hati-hati," kata si guru. "Lingkungan di berbagai cabang kecantikan kita ini banyak kaum homo." Miss Miranda harus mencari jawaban yang lebih baik, terutama dalam masalah yang sifatnya individual.

Kini giliran Miss Perez (19) masuk ke ruangan. Wajahnya pucat seperti sakit. Bagian kulit dagunya kasar, merah mengerikan. Sebuah botol berisi air es yang dibungkus kain tampaknya tidak mengurangi sakitnya.

Baca juga: Inflasi Venezuela Capai 4.115%, Negara Kaya Minyak Itu Berada di Tepi ‘Spiral Kematian’

"Kolagen," katanya. Semua tahu apa artinya itu. Perez baru saja dari ahli bedah plastik. Dua kerutan pada wajahnya baru saja dihilangkan dengan penyuntikan protein.

Tindakan mempercantik diri memang diperbolehkan. Kebanyakan buah dada wanita-wanita muda itu juga sudah diperbesar, paha diperkecil dengan penyedotan lemak, hidung diperindah dengan memperbaiki tulang rawan.

"Tata rias  abadi," begitu Sousa menyebut tindakan operasi plastik itu. Dari 30 calon ratu 1998 itu, berapa orang yang sudah merasakan pisau bedah kecantikan? Sambil mengangkat bahunya dia memperkirakan ada sekitar 20 orang.

"Penggunaan maskara 'kan juga tidak alami," kata Sousa. Mengapa tidak sekalian saja 'diperindah' di kamar operasi? Apa bedanya?