Find Us On Social Media :

Klaim yang Menyebut Malas sebagai Penyebab Homo Erestus Punah adalah 'Bodoh'

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 24 Agustus 2018 | 12:00 WIB

Intisari-Online.com - Jika Anda menyukai antropologi kuno, Anda mungkin telah mendengar klaim baru-baru ini yang menyebut bahwa Homo erectus punah disebabkan oleh kemalasannya.

Namun sebenarnya penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One itu tidaklah menggambarkan gambaran yang sesensasional itu.

"Kesimpulan bahwa kemalasan menjadi penyebab punahnya Homo Erectus adalah hal bodoh," kata Neil Roach, seorang antropolog biologi di Harvard University.

Studi itu sebenarnya menyumbangkan kontribusi signifikan, namun berita di pers kemudian membuatnya terdengar 'bodoh.'

Baca Juga: Miliki Wajah yang Tak Biasa, Bayi Ini Bikin Orang Terkejut Sekaligus Sedih

Roach menyatakan bahwa ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa H. erectus sama sekali tidak malas.

Spesies ini bertahan hidup selama lebih dari 1,5 juta tahun.

Itu adalah hal yang mengesankan dibanding dengan Homo sapiens yang baru berusia 300 ribu tahun.

Homo erectus mungkin salah satu spesies pertama yang bermigrasi keluar dari Afrika dan memelopori perburuan makanan.

Baca Juga: Wanita Ini Nekat Bawa Sendiri Bus yang Ditumpanginya karena Dianggapnya Berjalan Lambat, Sopirnya Ditinggal

Ada juga bukti bahwa H. erectus adalah salah satu hominin paling awal yang menggunakan api.

Jadi jika konsensus umum menyatakan mereka spesies yang rajin, apa banyak berita yang menyebutkan kemalasan mereka?

Ini mungkin disebabkan oleh satu kalimat di koran, yang menggambarkannya sebagai spesies 'berteknologi konservatif' yang menggunakan 'strategi minimal upaya" untuk bertahan hidup.

Tetapi berburu makanan dengan sedikit energi tidaklah sama dengan berburu dalam keadaan lapar.

Baca Juga: Pernah Jadi Negara Kaya, Venezuela Bangkrut Karena Terlalu Baik pada Rakyatnya

“Kalori yang mereka dapatkan dari berburu tidaklah mudah didapat, membuang-buangnya tanpa alasan bukan strategi yang baik," kata Roach.

Kemalasan dan ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim kuno dikutip dalam siaran pers sebagai faktor yang mungkin berkontribusi terhadap kepunaham H. erectus.

Tetapi mungkin juga kepunahan itu memiliki hubungan dengan perubahan iklim.

Baca Juga: Bukan Ladyboy, Model Cantik Asal Thailand Ini Bangga Punya Pacar Sopir Taksi dengan Gaji Rp200 Ribu per Bulan

Tapi mungkin juga tidak, Susan Anton, profesor antropologi di New York University berpendapat bahwa H. erectus bisa saja kalah saing dengan spesies Homo lainnya.

"Anda harus memikirkan bahwa kepunahan bukan berasal dari ketidakmampuan H. Erectus mengatasi lingkungan, tapi ada spesies lain yang lebih mampu mengatasinya," kata Anton.

Bagaimanapun cara kepunahan H. Erectus, itu seharusnya tak dijadikan fokus perdebatan, karena penelitian sesungguhnya juga tak berfokus di situ.

Melainkan mengeksplorasi teknologi Acheulean.

Baca Juga: Negeri Sembilan Malaysia Tenyata Mengadunya ke Minangkabau Juga

Yakni alat prasejarah yang dibuat dari mineral dan batu oleh H. Erectus yang ditemukan di situs penggalian Semenanjung Arab.

Ya, meski H.erectus memiliki otak yang lebih kecil daripada Homo sapiens modern , tetapi itu tidak menjadikan mereka bodoh.

Peneliti lain baru-baru ini ungkap bahwa mungkin mereka telah membuat kapal untuk perjalanan laut.

Lebih jauh, meski mereka tak memiliki gen yang membuatnya dapat berbicara, H. erectus sepertinya berhasil menciptakan bentuk bahasa sendiri.

Di sisi lain, ketidakselarasan hasil studi dan pemberitaan yang beredar ini justru dijadikan Ashley Hammond, seorang paleoantropolog untuk menggiring kekritisan warga untuk membaca sumber asli, bukan yang ditayangkan media.

Baca Juga: Bukan Perang atau Kelaparan, Justru Kemalasanlah yang Diklaim Sebabkan Homo Erectus Punah